Hasil observasi dan wawancara di lapangan diketahui bahwa kejadian puting beliung menimbulkan kerusakan bangunan, lingkungan, dan infrastruktur serta korban luka-luka,"
Yogyakarta (ANTARA News) - Masa transisi dari musim kemarau ke musim hujan rawan terjadinya puting beliung, karena adanya perbedaan tekanan udara, kata Ketua Tim Reconaissance Bencana Puting Beliung Amrul Wahdi.

"Perbedaan tekanan udara tersebut terjadi karena perbedaan suhu udara akibat perbedaan sinar matahari yang diterima di suatu tempat," katanya di Yogyakarta, Selasa.

Oleh karena itu, menurut dia saat memaparkan hasil identifikasi kerusakan bangunan dan korban akibat bencana puting beliung di Purwomartani, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, diperlukan kewaspadaan untuk mengantisipasi dampak yang tidak diinginkan.

Ia mengatakan antisipasi dampak kejadian puting beliung itu dapat dilakukan dengan memperkuat struktur bangunan, menebang pohon besar yang sudah tua dan rapuh, serta mengatur ukuran dan ketinggian baliho.

"Upaya itu perlu dilakukan untuk meminimalkan kerusakan bangunan dan korban akibat puting beliung," katanya.

Wakil Ketua Tim Reconaissance Bencana Puting Beliung Agus Triyanto mengatakan puting beliung yang melanda Desa Purwomartani, Kalasan, Sleman, pada Jumat (7/12), merusak beberapa dusun yakni Dusun Sidokerto, Dukuh, Randusari, Bromonilan, Perumahan Pertamina dan Purwomartani.

"Hasil observasi dan wawancara di lapangan diketahui bahwa kejadian puting beliung menimbulkan kerusakan bangunan, lingkungan, dan infrastruktur serta korban luka-luka," katanya.

Kerusakan rumah tidak hanya disebabkan oleh angin puting beliung yang menghempas langsung ke bangunan tetapi juga diakibatkan oleh pohon-pohon tumbang yang menimpa rumah penduduk dan bangunan lainnya.

Menurut dia kerusakan terberat ditemukan pada bangunan dengan konstruksi kayu dan bambu yang beratap genteng ringan, seng, dan asbes. Pada bangunan semipermanen dan permanen, kerusakan terjadi pada bagian atap.

"Bangunan permanen yang mengalami rusak berat bukan diakibatkan hempasan angin puting beliung tetapi karena tertimpa pohon," katanya.

Ia mengatakan setelah dilakukan pengamatan fisik lingkungan dan keterangan para saksi diketahui jalur lintasan dan arah putaran angin puting beliung yang berawal dari utara menuju selatan melintasi Perumahan Pertamina, Purwomartani, dan Kadisoka.

"Putaran angin puting beliung berakhir setelah menabrak pepohonan di sekitar jembatan Kali Kuning," katanya.

Identifikasi itu diprakarsai mahasiswa Program Beasiswa Unggulan Biro Perencanaan Kerja Sama Luar Negeri (BPKLN) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud)-Program Magister Teknik Sipil (PMTS) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.

(B015*H010/M008)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2012