Presiden harus mempertimbangkan lagi bila ingin berkunjung ke Malaysia, setidaknya sampai hubungan Jakarta-Kuala Lumpur lebih baik,"
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Presidium Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Prof Nanat Fatah Natsir mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menunda kunjungan ke Malaysia menyusul kritik tajam Tan Sri Zainuddin Maidin kepada mantan Presiden BJ Habibie.
"Presiden harus mempertimbangkan lagi bila ingin berkunjung ke Malaysia, setidaknya sampai hubungan Jakarta-Kuala Lumpur lebih baik," kata Nanat Fatah Natsir di Jakarta, Selasa.
Mantan rektor UIN Bandung itu juga menuntut pejabat Malaysia meminta maaf kepada rakyat Indonesia atas penyataan yang mengkritik tajam BJ Habibie.
"Saya mengecam keras pernyataan Mantan Menteri Penerangan Malaysia Tan Sri Zainuddin Maidin terhadap mantan Presiden BJ Habibie dan meminta agar yang bersangkutan menarik pernyataan dan meminta maaf kepada rakyat Indonesia," katanya.
Menurut dia, pernyataan itu tidak sesuai dengan sejarah Indonesia.
"Pintu masuk demokrasi di Indonesia adalah pada masa pemerintahan Pak Habibie," ujarnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso, yang juga presidium ICMI, menyesalkan pernyataan mantan Menteri Penerangan Malaysia Tan Sri Zainuddin Maidin yang mengkritik tajam mantan Presiden BJ Habibie hanya karena berkawan dengan tokoh oposisi Malaysia Anwar Ibrahim.
"Apa yang disampaikan pejabat tinggi UMNO yang juga mantan menteri penerangan itu adalah ucapan linglung dan ahistoris dan tidak tahu permasalahan," katanya.
Menurut Priyo, semua orang tahu bahwa Habibie telah berjasa karena meninggalkan sistem demokrasi baru, membebaskan dan meniadakan tahanan dan narapidana politik dan mengembalikan militer ke barak.
Karena itu, dia sangat menyesalkan pernyataan Tan Sri Zainuddin Maidin itu, apalagi hanya karena Habibie berkawan dengan Ketua Umum Partai Keadilan Rakyat (PKR) Anwar Ibrahim.
"Pak Habibie juga tercatat dan dihormati oleh publik dan cendekiawan Malaysia. Penghormatan terhadap Pak Habibie bahkan juga dihormati hingga Eropa dan Amerika," tuturnya.
(D018/R010)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012