Jakarta (ANTARA) - Asisten Deputi Perlindungan Anak Kondisi Khusus Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Elvi Hendrani mengatakan stigmatisasi pada anak dengan HIV/AIDS (ADHA) masih tinggi dan bahkan ada yang sampai menyebabkan anak kehilangan kesempatan mengenyam pendidikan yang menjadi haknya.
"Stigmatisasi sering kali menyertai anak-anak dengan HIV/AIDS atau yang kita sebut dengan ADHA. Karena stigma ini kasusnya menjadi sangat tinggi dan berdampak pada banyak hal, seperti hilangnya kesempatan untuk mendapatkan pendidikan," kata Elvi Hendrani dalam webinar bertajuk "Bimtek Peran Masyarakat dalam Perlindungan Anak dengan HIV/AIDS", di Jakarta, Senin.
Elvi Hendrani mencatat ada banyak kasus anak yang dikeluarkan dari sekolah pasca pihak sekolah mengetahui anak tersebut adalah ADHA karena kekhawatiran sang anak menularkan ke teman-temannya maupun guru.
"Stigma ini berdampak pada kekerasan yang mereka terima, pengucilan, dan lain-lain," kata Elvi Hendrani.
KemenPPPA pun mendorong kelompok masyarakat untuk peduli dan melindungi anak-anak yang masuk ke dalam kelompok perlindungan khusus, khususnya mereka yang terkena HIV/AIDS.
"Bila kelompok masyarakatnya kuat, itu menjadi fondasi kuat untuk perlindungan anak yang masuk ke dalam kelompok perlindungan khusus, terutama yang terkena HIV/AIDS. Karena akan berkali lipat kerentanan-nya jika kita tidak segera bertindak untuk melindungi mereka," kata dia.
Untuk itu, KemenPPPA menggelar bimbingan teknis terkait perlindungan anak dengan HIV/AIDS yang para peserta-nya diantaranya Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM), Relawan SAPA (Sahabat Perempuan dan Anak), Satuan Tugas Perlindungan Perempuan dan Anak (Satgas PPA), maupun aktivis masyarakat lainnya.
"Ini juga akan mendukung Kabupaten/Kota Layak Anak atau Desa/Kelurahan Layak Anak dan Kecamatan Layak Anak," kata Elvi Hendrani.
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Maswandi
Copyright © ANTARA 2023