"Dari peringkat itu dapat diketahui, Jakarta masih belum terlalu memafaatkan TIK sebagai alat untuk membuka peluang bisnis," kata Wakil Presiden Komunikasi dan Pemasaran PT Ericsson Indonesia Hardyana Syintawati dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa.
Dalam riset itu, Ericsson menggunakan 28 indikator dalam dua kategori: (1) kemajuan TIK di kota itu yang ditentukan dari ketersediaan dan penyelenggaraan infrastruktur TIK; dan (2) manfaat investasi TIK dari aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Bagi Jakarta, pemeringkatan 25 kota di dunia itu untuk mempelajari apa yang telah diterapkan di kota-kota negara lain dalam pemakaian TIK demi kemajuan bisnis dan kemakmuran warganya.
"Belum ada rencana untuk (riset) khusus (tentang pemanfaatan TIK) terkait kota-kota di Indonesia," kata Hardyana.
Hasil pemeringkatan terhadap Jakarta dalam riset global Ericsson itu bisa diterapkan juga untuk kota-kota lain di Indonesia demi mempelajari pemanfaatan TIK pada kegiatan bisnis.
Tiga kontribusi TIK pada kegiatan bisnis, seperti disebut laporan riset Ericsson, adalah (1) pembangkit peluang kewirausahaan seperti inovasi layanan video streaming, e-commerce, dan layanan cloud; (2) pendukung akses ke pasar yang terkendala kondisi geografis; dan (3) pendorong efisiensi biaya transaksi antarperusahaan.
24 kota lain yang menjadi obyek riset Ericsson adalah Beijing, Buenos Aires, Delhi, Dhaka, Istanbul, Johannesburg, Kairo, Karachi, Lagos, Los Angeles, London, Manila, Mexico City, Moskow, Mumbai, New York, Paris, Sao Paulo, Seoul, Shanghai, Singapore, Stockholm, Sydney, dan Tokyo.
Dalam laporan itu, Ericsson tidak menyebut metodologi penelitian dan waktu pelaksanaan risetnya.
(I026)
Pewarta: Imam Santoso
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2012