berkeras bahwa permukiman itu "bukan penghalang bagi perdamaian".

Jerusalem (ANTARA News) - Dalam reaksi terhadap kecaman Uni Eropa (UE) mengenai perluasan permukiman Yahudi di Tepi Barat Sungai Jordan, para pejabat Israel, Senin (10/12), berkeras bahwa permukiman itu "bukan penghalang bagi perdamaian".

Senin pagi, 27 mengeri luar negeri UE bertemu di markas perhimpunan regional tersebut di Brussels untuk membahas pengumuman Israel baru-baru ini bahwa negara Yahudi tersebut berencana membangun 3.000 rumah baru di Jerusalem Timur, Tepi Barat dan wilayah E1--yang menghubungkan keduanya.

"UE sangat prihatin oleh dan menentang rencana pembangunan permukiman baru, yang mengancam upaya perdamaian," kata para menteri UE di dalam satu pernyataan setelah pertemuan tersebut.

Ditambahkannya, rencana untuk membangun di E1 itu --yang akan menghalangi wilayah yang berpotensi bagi negara masa depan Palestina di sana-- mungkin akan mengarah kepada pemindahan warga sipil secara paksa.

Sebagai tanggapan, Kementerian Luar Negeri Israel menyampaikan kembali komitmen yang dikeluarkan pada Senin oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, bahwa permukiman itu "bukan penghalang bagi perdamaian".

"Israel menyesalkan pernyataan kesimpulan yang cenderung ke satu pihak tersebut. Kenyataan dan sejarah membuktikan permukiman Yahudi `tak pernah menjadi penghalang bagi perdamaian`," kata kementerian itu di dalam pernyataan yang dikirim pada Senin kepada Xinhua--yang dipantau ANTARA di Jakarta, Selasa.

"Akar masalahnya bagi tak-adanya perdamaian dengan Palestina ialah penolakan mereka untuk terlibat dalam perundingan langsung dan ketidak-sediaan mereka untuk mengakui Israel sebagai negara bangsa Yahudi," tambah pernyataan itu.

Perdana Menteri Israel menuduh Pemerintah Otonomi Palestina dan pemimpinya, Mahmoud Abbas, "menolak untuk mengadakan perundingan perdamaian lebih lanjut", yang macet pada 2010, di tengah pembangunan permukiman Yahudi.

(C003)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2012