Bulan puasa menjadi momentum yang tepat untuk menguatkan rasa kekeluargaan dan persatuan di tengah perbedaan.
Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin mengingatkan kerukunan umat adalah fondasi bagi persatuan dan kedamaian bangsa yang penting dalam mewujudkan visi Indonesia Maju.
Demikian disampaikan Wapres dalam sambutannya pada peringatan Nuzulul Quran 1444 Hijriah/2023 Masehi, yang disampaikan secara daring melalui tayangan YouTube Wakil Presiden Republik Indonesia di Jakarta, Jumat malam.
"Kerukunan adalah fondasi bagi persatuan dan kedamaian bangsa kita. Seluruh program, rencana, dan kerja kebaikan demi mewujudkan visi Indonesia Maju hanya dapat dieksekusi jika bangsa kita rukun dan bersatu," ujar Wapres.
Perintah menjaga kerukunan tercantum dalam Al-Qur'an Surah An Nisa ayat 114: "Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mendamaikan antarmanusia yang berselisih."
Wapres menekankan bahwa mendamaikanantar manusia bukan hanya antarumat Islam, melainkan juga upaya mencegah terjadinya konflik atau perselisihan dan menjaga kerukunan.
Menurut dia, pengertian ayat tersebut sangat relevan bagi bangsa Indonesia yang besar dan majemuk dalam memperkuat kerukunan antarumat beragama.
"Adanya perbedaan di antara umat manusia merupakan keniscayaan sesuai dengan realitas kehidupan manusia. Dalam hal ini Al-Qur'an juga telah menyatakan dalam Surah Hud ayat 118: 'Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat'," ujarnya.
Ma’ruf Amin menegaskan bahwa hikmah dari ayat tersebut adalah sekiranya Allah Swt. menghendaki bahwa pastilah akan menjadikan umat manusia sebagai umat yang bersatu. Akan tetapi, Allah Swt. tidak menghendakinya sehingga manusia akan tetap saling berbeda dalam agama-agama mereka.
Meski demikian, kata Wapres, perbedaan-perbedaan itu tidak boleh membuat umat manusia saling bermusuhan.
"Oleh sebab itu, sangat penting untuk melakukan revitalisasi pengertian ayat di atas dalam kehidupan masyarakat dan bangsa yang majemuk untuk merekatkan dan merawat kerukunan," kata Wapres.
Baca juga: Wapres tekankan peran masjid untuk kemajuan umat
Baca juga: Wapres tegaskan larangan politik uang dan kampanye di tempat ibadah
Wapres mengatakan bahwa bulan puasa menjadi momentum yang tepat untuk menguatkan rasa kekeluargaan dan persatuan di tengah perbedaan yang ada sehingga dapat memperkokoh persaudaraan sebangsa maupun antarmanusia.
"Kita bersyukur kepada Allah Swt. karena umat Islam di Indonesia adalah umat yang wasathiyyin, yaitu yang berpikir moderat, yang menerapkan prinsip at-tawassuth atau bersikap tengah, tidak ekstrem kiri ataupun ekstrem kanan," ujarnya.
Ia menuturkan bahwa moderasi dan toleransi beragama menjadi kunci terciptanya kerukunan. Manajemen moderasi beragama merupakan instrumen penting dalam mencegah konflik, membangun konsensus, serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
"Saya bersyukur bahwa praktik moderasi beragama di negara kita dapat menjadi rujukan bagi dunia. Saya berharap umat Islam di Indonesia dapat menjaga praktik kerukunan yang sudah baik ini, dan diharapkan berkontribusi lebih banyak lagi dalam mewujudkan dunia yang damai," tuturnya.
Dengan pertolongan Allah dan kerja keras, kata Wapres, bangsa Indonesia akan mendapatkan kemuliaan dan keberkahan dari Allah Swt. dan ditinggikan derajatnya.
"Insyaallah, bangsa kita terus selamat melewati macam-macam ujian dan tantangan sehingga dapat terus bertumbuh menjadi negara yang makmur dan sejahtera secara merata," kata Wapres.
Pada kesempatan itu Wapres juga menyampaikan kisah turunnya Al-Qur'an pada bulan puasa untuk menjadi sumber petunjuk bagi manusia, dan pembeda antara yang hak dan batil sebagaimana disebutkan dalam Q.S. Al Baqarah ayat 185: "Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil)."
Menurut Wapres, petunjuk dalam Al-Qur'an ada dua, pertama petunjuk bersifat umum (hidayatul addillah) yang diberikan kepada seluruh manusia baik yang beriman maupun tidak beriman (hudan linnas).
Petunjuk kedua adalah petunjuk ma’unah (hidayatul ma’unah) yang diberikan kepada orang-orang yang bertakwa.
Al-Qur'an menganjurkan untuk mengajak ke jalan yang baik seperti disebutkan dalam Surah Ali-Imran ayat 104: "Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung."
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2023