Sektor perdagangan terbukti mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Inflasi Indonesia pada 2022 juga tetap 5,51 persen atau relatif berimbang jika dibandingkan dengan sejumlah negara G20 dan ASEAN
Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga mengatakan bahwa sektor perdagangan terbukti mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Kontribusi ekspor barang dan jasa terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia terus meningkat menjadi 24,49 persen pada 2022. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 mencapai 5,3 persen atau 3,2 persen lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia dan juga lebih tinggi dari beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, Korea Selatan, Tiongkok, dan Uni Eropa.
"Sektor perdagangan terbukti mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Inflasi Indonesia pada 2022 juga tetap 5,51 persen atau relatif berimbang jika dibandingkan dengan sejumlah negara G20 dan ASEAN," ujar Jerry melalui keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.
Jerry menjelaskan, neraca perdagangan Indonesia pada 2022 juga mengalami surplus sebesar 54,53 miliar dolar AS. Nilai ini adalah rekor tertinggi dalam sejarah.
Surplus tersebut diperoleh dari ekspor yang mencapai 291,98 miliar dolar AS dan impor 237,45 miliar dolar AS. Sementara pada Februari 2023, neraca perdagangan Indonesia juga mencatat surplus sebesar 5,48 miliar dolar AS.
Dalam hal mitra dagang, tiga negara mitra dagang terbesar yang berkontribusi terhadap surplus neraca perdagangan nonmigas pada 2022 adalah Amerika Serikat sebesar 18,89 miliar dolar AS, India 16,16 miliar dolar AS, dan Filipina 11,41 miliar dolar AS.
Sementara berdasarkan komoditas ekspor nonmigas, yang berkontribusi dalam meningkatkan surplus adalah lemak hewan/sayuran sebesar 34,83 miliar dolar AS, bahan bakar mineral 26,10 Miliar dolar AS, serta besi dan baja 13,89 Miliar dolar AS.
Kementerian Perdagangan berkomitmen mendorong kinerja sektor perdagangan Indonesia, salah satunya melalui perjanjian perdagangan internasional. Saat ini, Indonesia sudah memiliki 34 perjanjian perdagangan internasional.
Melalui perjanjian ini, pelaku usaha mendapatkan fasilitas jalan tol untuk ekspor ke Uni Emirat Arab, Pakistan, Jepang, Korea, dan negara mitra dagang lainnya.
Pada Januari, Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) mulai berlaku. Selanjutnya, Indonesia-UEA CEPA saat ini sedang dalam proses ratifikasi. Wamendag Jerry menargetkan IUEA CEPA dapat diberlakukan pada kuartal kedua 2023.
"Selain itu, pemerintah sedang melakukan 16 negosiasi perjanjian dan mengeksplorasi 17 negosiasi lainnya dengan negara mitra dan blok perdagangan. Kami berharap pelaku usaha Indonesia dapat memanfaatkan perjanjian dagang ini dan Kementerian Perdagangan selalu ada untuk memfasilitasi," kata Jerry.
Strategi lain yang mendorong kinerja sektor perdagangan adalah dengan mendiversifikasi destinasi ekspor dan melaksanakan misi perdagangan ke pasar non-tradisional. Afrika, misalnya, memiliki populasi 1,39 miliar, Timur Tengah populasi 255 juta, dan Asia Selatan dengan populasi 1,88 miliar adalah cerminan potensi besar yang tidak bisa dilewatkan begitu saja.
Dengan demikian, Kementerian Perdagangan akan melaksanakan misi perdagangan ke negara mitra non-tradisional lainnya di Afrika, Timur Tengah, dan Asia Selatan tahun ini. Hal ini termasuk India, Pakistan, Bangladesh, Mesir, dan Maroko.
"Kami mengeksekusi strategi ini karena misi perdagangan terbukti memberikan hasil nyata. Yang terbaru adalah misi perdagangan ke Arab Saudi yang berhasil menghasilkan delapan transaksi perdagangan dengan nilai transaksi 155 juta dolar AS," ujar Jerry.
Baca juga: Wamendag: Transaksi digital permudah akses UMKM ke perbankan
Baca juga: Kemendag dorong digitalisasi UMKM dan pasar untuk tingkatkan efisiensi
Baca juga: Potensi ekonomi digital Indonesia 2025 mencapai 146 miliar dolar AS
Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023