Jakarta, 9/12 (ANTARA) - Perkembangan bisnis produk perikanan nonkonsumsi termasuk komoditas ikan hias sebagai salah satu andalan ekspor memang tak pernah lesu dan selalu mengalami perkembangan seiring dengan permintaan pasar internasional yang semakin tinggi. Kontribusi ekspor ikan hias Indonesia dalam neraca perdagangan perikanan pada 2011 mencapai 19.8 juta dollar AS, kebanyakan tujuan ekspor ke negara Amerika, Belanda, Singapura, Korea Selatan, Taiwan, dan Jepang. Hal tersebut tidak terlepas dari keberadaan lima negara pengimpor ikan hias asal Indonesia. Kelimanya adalah Singapura 2,3 juta dollar AS, Jepang 2,2 juta dollar AS, Amerika Serikat 2 juta dollar AS, Malaysia 1,5 juta dollar AS dan Hongkong sebesar 2,9 juta dollar AS. Demikian dikatakan Dirjen P2HP Saut P Hutagalung mewakili Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C.Sutardjo ketika menutup event International Ornamental Fish Technical and Trade Conference and Exhibition (IOFTTCE) 2012 di Jakarta, Minggu (9/12).
Komoditas ikan hias mengalami perkembangan yang cukup pesat dan memiliki prospek yang cukup menjanjikan jika ditinjau secara ekonomi, sisi suplai menurut Menteri bahwa perkembangan produksi ikan hias dalam tiga tahun terakhir ini cukup menggembirakan. Hal ini terlihat dari trend produksi ikan hias yang terus meningkat setiap tahunnya, tercatat sampai dengan bulan Oktober 2012 produksi ikan hias telah mencapai 834.060.990 ekor. Sejalan dengan itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) secara aktif berupaya mengembangkan sentra-sentra produksi tanaman hias berorientasi ekspor dalam skala yang luas dan dikelola secara intensif sehingga mampu menyediakan produk dalam jumlah cukup, berkualitas dan terjamin kontinuitasnya. Wilayah sentra produksi ikan hias Indonesia tersebar di 18 Provinsi di seluruh Indonesia, dengan sentra budidaya ikan hias terbesar terdapat di lima provinsi yakni, Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten dan D.I. Yogyakarta. Sedangkan sentra-sentra produksi ikan hias lainnya tersebar di 13 provinsi lainnya.
Dalam menggenjot kualitas dan kuantitas ikan hias asal Indonesia di pasar dunia, ada 4 (empat) hal yang dibutuhkan yaitu: Pertama, dengan memperbaiki kualitas dan kemampuan para pembudidya dalam menjaga mutu secara konsisten. Kedua, memperkuat riset, teknologi, perbaikan kualitas pelatihan serta pembangunan sarana di sentra ikan hias. Ketiga, mensosialisasikan aturan standar ikan hias yang merujuk pada Sertifikasi Nasional Indonesia. dan Keempat, yakni peran asosiasi untuk melatih dan membimbing masyarakat dan para breder untuk mengikuti standar yang telah ditetapkan.
Ikan hias merupakan salah satu komoditas andalan baru yang masih memerlukan upaya pengembangan yang lebih intensif di Indonesia, mengingat pasar internasional yang prospektif. Berangkat dari hal tersebut, maka KKP berkomitmen dalam meningkatkan efisiensi sistem produksi, nilai tambah, maupun peningkatan produktivitas dengan harga yang kompetitif serta berdaya saing tinggi agar dapat memenuhi kualitas dan kuantitas yang dipersyaratkan pasar dunia. Seiring dengan itu, KKP pun menerapkan strategi penguatan branding dan promosi ke pasar-pasar internasional. Berbagai program terus digencarkan di antaranya, registrasi produk ikan hias, sertifikasi ikan hias serta promosi dan penguatan branding. Pada tahun ini, KKP akan terus menyokong para pembudidaya melalui program bantuan Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) yang menyasar sekitar 7.300 kelompok dengan alokasi sebesar Rp 604 miliar. Di sisi lain, fasilitas sarana dan prasarana pusat pengembangan dan pemasaran ikan hias pun telah disiapkan.
Blue Economy
Tak ketinggalan, bidang pengolahan dan pemasaran hasil perikanan turut mengadopsi konsepsi blue economy. Penerapan blue economy dalam bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan sangat penting dalam akselerasi industrialisasi kelautan dan perikanan seperti industrialisasi Tuna Tongkol Cakalang (TTC), Udang, Pindang, Patin dan Rumput Laut yang saat ini sedang dilaksanakan dalam rangka penciptaan produk perikanan prima yang berdaya saing dan berkelanjutan. Di samping itu Ditjen P2HP dapat berkontribusi pada peningkatan nilai tambah (value added) pemanfaatan hasil samping tangkapan (by catch utilization), limbah pengolahan (by product utilization), produk inovasi dan produk kreatif (creative and innovation product).
Adapun beberapa contoh implementasi blue economy di bidang pengolah dan pemasaran seperti, industrialisasi rumput laut yang menghasilkan produk kosmetik, farmasi, tekstil dan energi, industrialisasi udang, dengan memanfaatkan limbah (kulit, kepala dan cairan) menjadi produk chitin dan chitosan serta turunannya. Kemudian industrialisasi TTC dan patin, dengan memanfaatkan limbah (kepala, daging, tulang, insang dan limbah cair) menjadi tepung ikan, minyak ikan, kolagen, gelatin, silase, fish jelly product dan fish protein consentrate. Sementara industrialisasi lainnya yang dapat diintegrasikan dengan unit kerja instansi lainnya seperti garam artemia, pengembangan mutiara (perhiasan mutiara, kerajinan kekerangan, kosmetik dan farmasi), ikan hias, ikan nila dan produk turunannya (daging, omega-3, kulit untuk kerajinan sepatu, sisik untuk kerajinan dan bahan baku kolagen), ikan gabus dan produk turunannya (abon, kerupuk dan albumin). “Ketiga Kegiatan itu tentunya dapat diintegrasikan dengan kegiatan lintas sektor seperti pariwisata dan lingkungan hidup,” jelas Saut.
Sebagai wujud nyata dalah hal promosi dan penguatan branding, KKP bersama dengan stakeholders menyelenggarakan event International Ornamental Fish Technical and Trade Conference and Exhibition (IOFTTCE) 2012. Kegiatan yang bertajuk “Industrialisasi Ikan Hias Menuju Blue Economy Untuk Kesejahteraan Masyarakat” diselenggarakan oleh Ditjen P2HP, bekerjasama dengan Yayasan Alam Indonesia Lestari (LINI) dan Asosiasi Pecinta Koi Indonesia (APKI) yang telah berlangsung pada 6 s.d 9 Desember 2012 bertempat di Jakarta International Expo Kemayoran.
Sebelumnya pada pembukaan di 6 Desember 2012 kegiatan tersebut turut menghadirkan pembicara internasional yaitu Dr. Alex Ploeg (Ornamental Fish International), Tim Miller DVM (Aquatic Animal Health, Oregon State University, USA), Calvin Krog (The International Marine Aquarist Association of Southern Africa) dan Hongman Leung (The Ornamental Fish Association of Guangdong, China). Kegiatan pameran produk perikanan nonkonsumsi tersebut diikuti oleh 33 Provinsi dan Kontes Ikan Hias (9th All Indonesia Koi Show 2012 dan Saltwater Nano Tank Set Up Contest). Dalam kegiatan pameran turut pula ditampilkan beberapa produk Blue Economy dari Ditjen P2HP KKP.
Adapun di dalam event internasional tersebut, turut diselenggarakan pula Kegiatan The 9th All Indonesia Koi Show 2012. Kegiatan ini diikuti oleh para pecinta koi di seluruh Indonesia yang terdiri dari hobiis, dealer maupun pembudidaya di dalam negeri dengan target jumlah fish entry peserta kontes mencapai 1.000 ekor yang memperebutkan 750 nomor kejuaran meliputi 17 kelompok jenis ikan koi, 15 kelompok ukuran dan 51 nomor utama serta akan memperebutkan Piala Juara Utama Menteri Kelautan dan Perikanan.
Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi Indra Sakti, SE, MM, Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan (HP. 0818159705)
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2012