"Buku induk ini menjadi pegangan itu akan menjelaskan metodologi pendidikan."

Surabaya (ANTARA News) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh, menyatakan bahwa pihaknya telah menyiapkan buku babon atau buku induk untuk pegangan siswa dan guru dalam menerapkan kurikulum 2013.

"Buku itu tidak akan dibebankan kepada siswa atau sekolah, tapi akan diberikan cuma-cuma oleh Kemendikbud," katanya dalam Uji Publik Kurikulum 2013 di Surabaya, Jawa Timur (Jatim), Minggu.

Di hadapan ratusan kepala sekolah, kepala dinas pendidikan se-Jatim, ketua yayasan, ketua dewan pendidikan, dan pemangku kepentingan pendidikan lainnya, ia menyatakan bahwa guru juga akan ada yang disiapkan menjadi master teacher.

"Untuk sosialisasi kurikulum 2013 itu, kami akan melatih guru kelas 1, 4, 7, dan 10 dari seluruh sekolah hingga mereka akan menjadi master teacher yang akan menyosialisasikan kepada guru-guru lainnya. Kalau ada guru teladan, daftarkan ke kami," katanya.

Menurut menteri yang juga Guru Besar ITS Surabaya dan anggota Majelis Wali Amanah Unair Surabaya itu, kurikulum 2013 memang memberi kewenangan guru dalam metodologi pembelajaran, tapi mereka diberi buku pegangan.

"Buku babon atau buku induk ini menjadi pegangan itu akan menjelaskan metodologi pendidikan yang mendorong kreativitas siswa dalam tiga hal yakni pengetahuan, ketrampilan, dan sikap," katanya.

Ia mengatakan kreativitas itu akan diajarkan dengan lima pola, yakni observasi (mengamati), questioning (bertanya), associating (menalar), exprerimenting (mencoba) dan networking (membentuk jejaring) ke-Indonesiaan.

"Semua pola itu akan disosialisasikan kepada seluruh guru melalui master teacher dan akan tersosialisasikan dengan cara mirip MLM, terutama SD yang perubahannya bersifat tematik integralistik," katanya.

Dalam perubahan kurikulum itu, siswa kelas 1-3 SD memang akan diberi pola pembelajaran yang tematik integralistik, karena siswa kelas 1-3 memang ditangani seorang guru yang merupakan guru kelas.

"Nanti, guru kelas itu yang mengintegralkan pelajaran IPA dan IPS ke dalam Bahasa Indonesia dan Pancasila-PKN. Misalnya, mata pelajaran tentang air yang bersifat mengalir, tekanan air, cara aliran, standar, status, dan sebagainya," katanya.

Apalagi, katanya, kurikulum 2013 merupakan desain minimal dalam 24 jam untuk SD yang dapat dikembangkan oleh setiap sekolah secara bebas, asalkan tidak mengurangi desain minimal yang diatur.

"Misalnya, ada anak yang memiliki kelebihan tertentu, maka sekolah dapat mengembangkan potensi siswa itu secara bebas, asalkan desain minimal tidak terpengaruh," katanya.

Ia menambahkan, perubahan kurikulum itu dilakukan bukan secara tiba-tiba, melainkan melalui RPJM (rancangan perencanaan jangka menengah) 2010-2014, Inpres, dan UU Sisdiknas itu sendiri. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2012