Jakarta (ANTARA News) - Empat orang berjubah putih lengkap dengan masker tampak serius bekerja. Mereka berdiri di sekeliling meja yang diterangi lampu sorot.

Semuanya menggunakan sarung tangan dan sebentar-sebentar mengambil alat-alat kecil untuk utak-atik di meja tersebut. Setiap gerakan dilakukan dengan perlahan, hati-hati.

"Setiap hari bekerja begini karena banyak yang ingin memakai jasa kami," kata Monica Gunawan, praktisi restorasi dan konservasi lukisan.

Hari itu Monica dan staf-nya sedang merestorasi satu lukisan Pablo Picasso (1881-1973), pelukis Spanyol terkemuka yang menurut laman Wikipedia harga lukisannya ada yang mencapai 100 juta dolar AS (lebih Rp900 miliar).

Sudah hampir dua bulan Monica dan anak buahnya merestorasi lukisan milik warga negara asing itu.

"Ada bagian yang rusak dan kotor, ini lukisan Picasso pertama yang saya perbaiki," kata Monica lalu minta judul lukisan itu tidak disebut demi kepentingan pemilik.

Sejak membuka jasa restorasi lukisan pada 2006, sekitar 600 lukisan di atas kanvas maupun kertas sudah dia perbaiki. Di antara lukisan yang dia perbaiki ada karya Affandi, Hendara Gunawan, dan S. Sudjojono.

Monica mengatakan, rata-rata pemilik lukisan datang karena koleksi mereka rusak karena rayap, kotor, berjamur, cat yang hilang, bahkan bolong.

"Pernah ada satu yang tidak bisa saya perbaiki. Lukisan pastel yang panelnya bolong, mungkin rusaknya waktu pemindahan," kata Monica, yang juga managing director Gallery Art :1 di Kemayoran, Jakarta Pusat.

Pengalaman lain yang menarik baginya adalah ketika merestorasi satu lukisan S. Sudjojono. Saat diteliti, dia menemukan lukisan lain di kanvas tersebut.

"Mungkin pelukisnya sudah menggunakan kanvas itu lalu dia ganti dengan lukisan lain," kata Monica, yang mempelajari ilmu restorasi lukisan dan manajemen museum di Firenze, Italia, tahun 2000-2003.

Sementara tentang banyaknya kolektor yang meminta dia merestorasi lukisan mereka, Monica mengatakan, "Mungkin karena lebih murah. Jasa restorasi lukisan di sini menggunakan tarif rupiah, bukan dolar. "

Ia menambahkan, sampai sekarang ilmu merestorasi lukisan belum banyak ditekuni orang Indonesia.


Intervensi visual

Menurut Monica, restorasi adalah intervensi secara visual terhadap lukisan, seperti memperbaiki struktur kanvas yang rusak atau robek yang membuat struktur cat ikut rusak dan warna hilang.

Restorasi yang dilakukan perorangan biasanya ditujukan untuk mempertahankan nilai jual lukisan sehingga praktisi restorasi berusaha sebisa mungkin tidak meninggalkan jejak perbaikan.

Sementara museum umumnya lebih menekankan tindakan restorasi untuk keperluan riset dan sejarah sehingga bagian yang direstorasi perlu ditampilkan.

Restorasi berbeda dengan konservasi yang merupakan tindakan menghentikan proses kerusakan pada lukisan.

Konservasi tidak mengubah lukisan secara struktur kanvas dan kertas. "Biasanya untuk membersihkan lukisan kotor, berdebu, berjamur atau mengencangkan kanvas," kata Monica.

Kegiatan restorasi dan konservasi serupa juga dilakukan Balai Konservasi Benda Cagar Budaya milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di kawasan Kota Tua Jakarta Barat.

Balai Konservasi utamanya merawat koleksi museum milik pemerintah, namun mereka juga menyediakan jasa restorasi dan konservasi untuk koleksi perorangan.

Restorasi dan konservasi tidak hanya dilakukan untuk "menyembuhkan" lukisan yang rusak. Balai Konservasi juga menerima koleksi yang terbuat dari batu, kertas, tekstil, lukisan, kulit, dan logam yang membutuhkan perawatan.

Balai Konservasi antara lain sudah melakukan restorasi dan konservasi Bendera Pusaka yang dijahit oleh Fatmawati Soekarno serta lukisan S. Sudjojono yang menggambarkan perang Sultan Agung di Mataram.

Restorasi lukisan memerlukan penanganan ahli, tidak bisa dilakukan awam. Perbaikan yang dilakukan oleh orang yang tidak ahli malah bisa berakibat fatal, seperti yang dilakukan seorang nenek di Inggris.

Belum lama ini, di Inggris, lukisan karya Elias Garcia Martinez berjudul "Ecce Homo" yang umurnya lebih dari 100 tahun rusak gara-gara seorang nenek usia 80 tahun.

Si nenek berinisiatif menambahkan cat karena sedih melihat cat lukisan yang mulai rusak karena kelembaban, tapi akhirnya dia malah membikin kerusakan lukisan itu makin parah.

(A038)


Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2012