Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut 40 persen dari total pesantren di Indonesia yang berjumlah 37 ribu memiliki potensi ekonomi baik di bidang pertanian, peternakan, perikanan, serta usaha mikro dan kecil.
“Tentu pendidikan pesantren menjadi penting terutama untuk mendorong kewirausahaan dan hanya dengan praktik langsung kewirausahaan, jadi tidak hanya dengan teori tapi langsung berpraktik,” ungkap Airlangga Hartarto saat mengunjungi Ponpes Raudhatul Tarbiyah di Purwakarta, sebagaimana dikutip dalam keterangan resmi, Rabu.
Ekosistem pondok pesantren dinilai mampu mendukung salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan inklusi keuangan melalui melalui pemanfaatan layanan keuangan formal.
Inklusi keuangan sendiri diyakini mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi, menurunkan kemiskinan, dan mengurangi kesenjangan antar individu dan antar daerah.
Lebih lanjut, pada kesempatan tersebut, Airlangga juga melakukan tinjauan langsung ke peternakan sapi limosin dan konveksi yang dimiliki oleh Ponpes Raudhatul Tarbiyah sebagai upaya membangun kemandirian pesantren secara ekonomi dan meningkatkan keterampilan santri.
Airlangga juga mendorong kemandirian Ponpes Raudhatul Tarbiyah tersebut dengan memberikan bantuan permodalan usaha melalui KUR dengan jumlah kumulatif sebesar Rp4,5 miliar dan bunga hanya 6 persen.
”Saya mengapresiasi apa yang dilakukan oleh Pesantren Raudhatul Tarbiah yang sudah mandiri secara ekonomi. Tadi berbicara mengenai kepemilikan sawah, ternak sapi, dan juga usaha konveksi, ini merupakan contoh bahwa pondok pesantren bisa berdiri mandiri, dan tentu ini bisa terjadi karena ekosistem pesantren yang kuat,” ucapnya.
Sebelum mengunjungi Ponpes Raudhatul Tarbiyah, Airlangga juga mengunjungi Ponpes Al Muhajirin guna mempererat silaturahmi sekaligus meninjau secara langsung perkembangan ekosistem ekonomi pada pesantren tersebut.
Baca juga: Kemenperin beri bimbingan teknis dorong santri berwirausaha
Baca juga: Erick Thohir terkesan dengan jiwa wirausaha para santri
Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023