Jakarta (ANTARA) - Ketua Pendekar Indonesia Hendrawan Saragih mengatakan bahwa masyarakat perlu lebih bijak dalam menentukan calon pemimpin Indonesia mendatang lantaran politik identitas masih menjadi persoalan serius ketika pemilu.
"Dalam kontestasi politik 2024 ini, kita perlu berdiri bersama memilih calon presiden yang mampu membungkam gema yang menakutkan dari sejarah dunia mengenai rasisme dan sudah terlihat rekam jejaknya tidak memberikan tempat bagi kebencian," kata Hendrawan dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.
Hendrawan menyebut bahwa dinamika pemilihan di tahun politik saat ini telah menunjukkan karakter para kandidat calon presiden yang sebenarnya.
Menurut dia, mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Andika Perkasa layak diperhitungkan karena tidak memiliki persoalan atau rekam jejak terkait politik identitas.
Baca juga: Pendekar Indonesia: Dibutuhkan calon presiden paham geopolitik
Baca juga: Pendekar Indonesia: Tujuh prinsip berpolitik bisa gembira dan indah
"Dalam setiap tindakan maupun keputusan strategis yang pernah diambilnya ketika masih menjabat sebagai pimpinan nasional, tidak memusuhi ras dan agama," tuturnya.
Hendrawan menilai, mantan Panglima TNI itu sosok yang berpegang teguh pada prinsip dan panggilan untuk mengabdi kepada masyarakat, sebagaimana pengalamannya selama menjadi memimpin TNI.
"Dengan keberanian dan tak kenal lelah mampu mengakomodasi dinamika dan kekuatan politik yang mengancam menimbulkan kekerasan," ujarnya.
Dia menyebut Andika Perkasa mengemban amanat selama 35 tahun mengabdi kepada bangsa dan negara sebagai prajurit TNI demi mewujudkan kesatuan pertahanan negara guna mencapai tujuan nasional.
"Andika Perkasa secara alami mendorong toleransi, keterbukaan pikiran, dan pada akhirnya kedamaian. Kedamaian mempromosikan kerjasama antar-manusia," ucapnya.
Untuk itu, Hendrawan mengajak masyarakat agar memilih pemimpin nasional yang dipercaya mampu membawa masyarakat Indonesia menjadi adil dan toleran.
"Saat kerja sama manusia berkurang dan kebencian meningkat maka kita semua akan menjadi sasaran kesusahan dari para otoriter. Oksigen bagi totaliter adalah kebencian terhadap perbedaan," kata Hendrawan.
Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2023