Nanning (ANTARA) - Zhou Mengyuan, seorang wisatawan dari Beijing, memutuskan untuk mengambil cuti tahunannya dan mengunjungi Kota Liuzhou di China selatan setelah menonton sebuah video singkat.
Video yang menampilkan pemandangan indah dan kuliner kaki lima yang menggiurkan itu viral di internet, sehingga menarik banyak pencinta kuliner dan pelancong.
Pemandangan semacam itu sulit dibayangkan pada 1980-an dan 1990-an ketika Liuzhou lebih dikenal sebagai kota industri yang sarat hujan asam. Kota itu pernah mengalami hujan asam hingga 98,4 persen.
Kota di Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi tersebut terkenal dengan banyaknya industri bercerobong asap, termasuk pabrik peleburan baja dan pabrik bahan kimia.
Dengan banyaknya cerobong asap, mode pertumbuhan ekstensif kota itu terhambat oleh kepulan asap tebal. Bentang sungai sepanjang kurang dari 9 km di daerah perkotaan pun dijejali oleh lebih dari 30 parit pembuangan limbah.
Pada 2022, Liuzhou memiliki 1.291 perusahaan dengan omzet bisnis tahunan minimal 20 juta yuan (1 yuan = Rp2.167), dan nilai output kota tersebut mencapai 420 miliar yuan, menyumbang sekitar seperlima dari total angka di daerah otonom Guangxi.
Sementara itu, sejak 2020, kota yang pernah dijuluki "kota hujan asam" itu menduduki peringkat pertama dalam hal kualitas air permukaan di antara kota-kota setingkat prefektur atau lebih tinggi di China.
Liuzhou menjadi mikrokosmos dari upaya China untuk membangun masyarakat yang cukup sejahtera dalam segala aspek, termasuk lingkungan yang layak huni.
Pada awal 2000-an, Liuzhou meluncurkan kampanye untuk meng-upgrade tata letak industrinya, menutup, mengubah, dan merelokasi sejumlah perusahaan berpolusi tinggi. Kota itu pun kini bersalin rupa dengan wajah yang benar-benar baru.
"Saya tidak menyangka lingkungan sebuah kota industri bisa begitu bagus," tutur Zhou.
Sebagai contoh, Liuzhou Steel Group memberikan perhatian sangat besar pada masalah pengolahan limbah, sehingga sangat membantu meningkatkan kualitas air kota.
Perusahaan tersebut membangun tiga stasiun pengolahan air limbah yang mendaur ulang lebih dari 98 persen air limbah industrinya.
Air bersih bahkan sudah menjadi ciri kota tersebut. Liuzhou menggelar Karnaval Air Internasional Liuzhou China selama 12 tahun berturut-turut, yang memikat banyak wisatawan.
"Kualitas air Sungai Liujiang di Liuzhou terus membaik, lingkungan menjadi semakin indah, dan semakin banyak wisatawan berkunjung. Kami memiliki pemandangan yang begitu indah di depan pintu kami, yang membuat kami sangat bahagia dan bangga," kata Chen Bei, seorang warga setempat, demikian Xinhua.
Pewarta: Xinhua
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2023