Workshop ini juga bertujuan untuk memprioritaskan langkah-langkah efisiensi energi yang akan diwujudkan melalui aksi nyata. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Dadan Kusdiana pada pembukaan Workshop tersebut.
"Negara ASEAN telah menetapkan target penurunan intensitas energi sebesar 32 persen pada tahun 2025, di mana kita telah mencapai 23,8% pada 2020, menyoroti perlunya upaya lebih lanjut untuk mencapai target pada 2025 nanti," ujar Dadan di Tangerang, Senin.
Pada sambutannya, Dadan menyampaikan bahwa sektor industri menyumbang permintaan energi terbesar di ASEAN, yakni sebesar 146,2 juta ToE atau 38,6% dari total konsumsi energi finasl ASEAN pada tahun 2020, bersamaan dengan pertumbuhan ekonomi digital, permintaan energi untuk pusat data meningkat secara substansial.
“Kita harus menerapkan langkah-langkah efisiensi energi pada sektor industri, khususnya di industri padat energi seperti semen, baja, kimia, dan petrokimia. Implementasi manajemen energi di sektor industri dapat mengurangi konsumsi energi, minimal 5%, dengan investasi biaya yang rendah dan dapat mengurangi lebih banyak lagi dengan investasi lebih lanjut pada efisiensi energi," tandas Dadan.
Selain itu, Dadan juga mengatakan bahwa pesatnya pertumbuhan data center perlu disikapi dengan mengadopsi green data center di kawasan melalui konservasi energi, yang terdiri dari langkah-langkah efisiensi energi, dan penyediaan energi terbarukan.
Setelah sektor industri, sektor transportasi menempati urutan kedua pemanfaatan energi di seluruh negara-negara ASEAN. Dalam mengatasi tantangan tersebut, perlu diterapkan kebijakan dan langkah-langkah untuk mengejar Net Zero Emission di sektor transportasi, di antaranya adalah penerapan standar penghematan bahan bakar yang sejalan dengan ASEAN Fuel Economy Roadmap 2018-2025 serta pengembangan ekosistem Electric Vehicle (EV) di kawasan ASEAN.
"Indonesia bercita-cita menjadi pusat global untuk industri baterai dan manufaktur EV. Indonesia memiliki target 2 juta mobil listrik dan 13 juta sepeda motor listrik pada tahun 2030. Target tersebut didukung oleh kebijakan yang baru diluncurkan yang memberikan insentif untuk mempercepat penyebaran kendaraan listrik di tanah air. Dengan menerapkan langkah-langkah tersebut, Indonesia dapat mengurangi konsumsi energi setara dengan 29,79 Juta Barel Setara Minyak (MBOE) dan pengurangan emisi sebesar 7,23 juta ton CO2," lanjutnya.
Di samping itu, konsep Gedung Net Zero Energy juga telah dipromosikan secara global untuk mendukung pencapaian Net Zero Emission.
Salah satu prosesnya adalah dengan penerapan kode dan bahan bangunan yang sesuai untuk wilayah tropis, misalnya dengan menyediakan sirkulasi udara dan pencahayaan alami untuk menurunkan kebutuhan energi.
Selain itu, Efisiensi energi di sektor gedung dapat lebih ditingkatkan melalui penerapan Standar Kinerja Energi Minimum (MEPS) untuk berbagai peralatan yang menggunakan energi seperti AC, kulkas, penanak nasi, lampu LED, dan kipas angin. Indonesia bertujuan untuk memperluas penerapan Standar Kinerja Energi Minimum hingga 11 peralatan pada tahun 2030. Penerapan MEPS dapat mengurangi konsumsi energi hingga 62 MBOE dengan pengurangan emisi sebesar 83,8 juta ton CO2.
"Kita harus bekerja sama untuk menetapkan peraturan dan standar bangunan untuk bangunan tropis di ASEAN. Kita juga perlu menyelaraskan penerapan Standar Kinerja Energi Minimum untuk peralatan di kawasan ASEAN," pungkas Dadan.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2023