Depok (ANTARA) - Dua dosen muda Universitas Indonesia (UI) masuk dalam 27 peneliti Indonesia yang berhasil lulus dari Science Leadership Collaborative (SLC), yaitu program pengembangan kepemimpinan ilmuwan kelas dunia.

Mereka adalah dosen Fakultas Teknik (FT), Dr. Dipl.-Ing. Nuraziz Handika, S.T., M.T., M.Sc., dan dosen Fakultas Ilmu Administrasi (FIA), Krisna Puji Rahmayanti, S.I.A., M.P.A., Ph.D.

Menurut Dr. Nuraziz Handika dalam keterangannya, Rabu mengatakan inovasi yang dihasilkannya terinspirasi dari kegiatan survei lapangan atas bangunan sederhana 1–2 lantai (perumahan) pascagempa Lombok 2018, Palu 2018, dan Cianjur 2022.

Saat itu, ia bersama tim dari laboratorium Struktur dan Material Departemen Teknik Sipil FTUI melihat kerusakan yang terjadi pada bangunan sederhana. Istilah nir-rekayasa atau non-engineered adalah kategori dari bangunan tipe ini.

Dari hasil survei, disimpulkan bahwa kerusakan yang terjadi dapat dihindari jika mengikuti standar pembuatan rumah sederhana yang dikeluarkan oleh Kementerian PUPR atau panduan yang dibuat dosen Teknik Sipil FTUI yang sudah pensiun, (Alm.) Teddy Boen.

"Secara teknis, dokumen ada. Hanya saja, mungkin sebagian besar dari kita tidak menjumpainya. Di DKI Jakarta, disyaratkan untuk membuat Izin Mendirikan Bangunan (IMB), juga terdapat arahan untuk membuat bangunan sederhana tersebut. Sementara itu, untuk bangunan 8 lantai ke atas, kita sudah menyadari adanya standar khusus untuk bangunan tahan gempa," ujar Dr. Aziz.

Ia berharap inovasi ini dapat meningkatkan awareness masyarakat, terutama saat membangun rumah. Pihak pembangun (kontraktor dan tukang) serta pemilik rumah harus menyadari kondisi bangunan yang baik. Dengan mengacu standar hasil penelitian, diharapkan korban jiwa yang mungkin ada akibat bencana gempa dapat dikurangi. Selain itu, kolaborasi dengan bidang lain, baik itu komunikasi, psikologi, dan sebagainya juga diperlukan untuk mempermudah sampainya pesan kepada masyarakat.

Sementara itu, Krisna Puji Rahmayanti menilai bahwa kolaborasi dalam kegiatan ini terlihat dari interaksi antarpeneliti dengan para coach dan mentor dari berbagai negara.

Ia bersama Prof. Deden Rukmana, diaspora Indonesia sekaligus Chair of the Department of Community and Regional Planning at Alabama A&M University, menyusun riset terkait partisipasi publik dalam rekonstruksi rumah pascabencana. Ide ini telah disampaikan ke sejumlah stakeholder, yaitu perwakilan komunitas dan lembaga pemerintah di Kabupaten Pacitan.

"Saya berharap ada kelanjutan dari program ini dan lebih banyak peneliti muda Indonesia ikut terlibat sehingga memperluas wawasan dan kolaborasi dengan peneliti dari multidisiplin ilmu. Pengalaman selama kegiatan ini menjadi bekal untuk menjadi periset yang tidak hanya ada di menara gading, tetapi juga bisa menghasilkan riset yang berdampak," kata Krisna.

SLC adalah program pengembangan kapasitas yang dirancang oleh The Conversation Indonesia bersama sejumlah ahli kepemimpinan dari Amerika, Eropa, dan Asia untuk mengembangkan peneliti Indonesia menjadi pemimpin sains di masa depan.

Program ini diselenggarakan pertama kali pada 2022/2023 dan dirancang berdasarkan studi yang dilakukan pada 2021. Para peserta kegiatan ini merupakan early-to-mid-career researchers dari perguruan tinggi, lembaga riset, non-governmental organization (NGO), dan start-up dengan keilmuan dan keahlian beragam.

Baca juga: Ahli rekayasa struktural UI masuk jajaran ilmuwan muda Indonesia

Baca juga: Dosen FTUI raih penghargaan internasional di Belgia

Baca juga: 12 dosen dan peneliti UI masuk World's Top 2 Percent Scientists 2022

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2023