Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Selasa pagi, menguat 19 poin menjadi Rp9.199/9.221 dibandingkan dengan posisi penutupan hari sebelumnya pada Rp9.218/9.225 per dolar AS, akibat masih terjadinya spekulasi beli rupiah. "Spekulasi beli rupiah pada sesi ini masih kecil, sehingga kenaikan rupiah belum besar," kata analis Valas Bank Saudara, Yusuf, di Jakarta. Menurut dia, kenaikan rupiah agak tertahan oleh menguatnya dolar AS terhadap yen di pasar global, setelah keluarnya data produksi Jepang yang diluar perkiraan sebelumnya. Data produksi Jepang hanya naik 1,5 persen pada April 2006 dibanding bulan sebelumnya yang mengalami kenaikan 1,8 persen atau turun 0,3 persen, katanya. Meski yen melemah, ia lebih lanjut mengatakan, rupiah masih tetap mendapat respon pasar, setelah beberapa waktu lalu melemah sehingga kembali menembus di atas level Rp9.000 per dolar AS. Namun spekulasi beli pelaku lokal yang berlanjut memicu rupiah bergerak naik yang menunjukkan respon positif pasar masih terjadi, ujarnya. Rupiah, menurut dia, secara perlahan-lahan menguat, meski ketika pasar dibuka yang berjalan 10 menit tingkat rupiah masih berkisar di level Rp9.217 per dolar AS yang menunjukkan rupiah hampir tidak bergerak. Tetapi setelah itu, rupiah terus menunjukkan kenaikan yang berarti hingga pasar ditutup pada sesi itu, karena itu pada penutupan sore nanti peluang untuk menguat lebih jauh diperkirakan akan terjadi lagi, katanya. Menurut dia, rupiah kemungkinan besar akan bisa menguat lebih besar lagi, apabila investor asing juga membeli rupiah, karena pada sesi ini investor lokal lebih aktif membeli rupiah ketimbang asing. Apalagi ada kecenderungan kenaikan dolar AS pada sesi ini, karena pelaku asing melihat laporan data produksi Jepang yang menurun, sehingga memicu mereka membeli dolar AS, namun kenaikan itu diperkirakan tidak berlangsung lama, katanya. Dolar AS terhadap yen menjadi 112,55 dari sebelumnya 112,24 dan euro jadi 143,58 dari sebelumnya 143,25. Bank Indonesia (BI) menganggap pelemahan rupiah yang terjadi saat ini tidak mengkhawatirkan karena disebabkan oleh faktor global dan diikuti pelemahan mata uang regional lainnya, kata Deputi Gubernur BI Aslim Tadjudin. "Maksud saya, kita jangan terlalu khawatir mengenai pergerakan rupiah. Itu searah dengan mata uang regional. Hemat saya itu hal yang wajar di pasar valuta asing," katanya. Aslim mengatakan dengan sistem ekonomi terbuka dan sistem devisa bebas yang dianut Indonesia, adanya pelemahan di sektor regional juga akan berpengaruh pada Indonesia. Saat ditanya berapakah nilai ekuilibrium (titik keseimbangan) yang baru untuk rupiah, ia mengatakan BI menyerahkan hal tersebut ke pada pasar. "Yang kita jaga adalah agar volatilitasnya tidak terlalu tajam. Jadi hemat saya fundamental kita cukup bagus dan jangan terlalu khawatir terhadap pergerakan rupiah," ujarnya, seraya menambahkan bahwa hal yang harus dikhawatirkan adalah jika yang mengalami pelemahan itu hanya Indonesia. (*)
Copyright © ANTARA 2006