Baru kali ini keadan kita berada di bawah titik nadir. Kita hanya bisa mengimbau dan kita tak bisa menjustifikasi,"
Jakarta (ANTARA News) - Asosiasi Pelatih Sepak Bola Indonesia menyampaikan pernyataan sikap keprihatinan sehubungan dengan kondisi persepakbolaan nasional yang akhir-akhir ini semakin mengkhawatirkan.
Terdapat enam butir keprihatinan dari APSI didasarkan atas kondisi terparah dalam persepakbolaan nasional selama dua tahun terakhir, kata Ketua APSI Gatot Haryo Sutejo kepada wartawan di Jakarta, Rabu.
"Kondisi sepak bola nasional dalam dua tahun terakhir ini adalah paling parah dalam sejarah. Ini perpecahan di sepak bola nasional. Ada dua pengurus, ada dua kompetisi, ada dua Timnas. Baru kali ini keadan kita berada di bawah titik nadir. Kita hanya bisa mengimbau dan kita tak bisa menjustifikasi," ujarnya.
Keenam poin keprihatinan APSI adalah, pertama; APSI sangat prihatin dengan hasil Timnas di ajang Piala AFF.
Kedua; APSI memberikan presiasi kepada pemain dan pelatih, yang dalam keadaan seperti itu masih bisa tampil bermain. APSI ikut bangga dan APSI memberikan apresiasi dan rasa hormat kepada pemain dan pelatih.
Ketiga; APSI sangat prihatin dengan kekisruhan para elit sepakbola. APSI mengimbau para elit sepak bola agar saling legowo dan bersikap ksatria karena PSSI adalah milik 240 juta rakyat Indonesia.
Keempat; APSI menginginkan rekonsiliasi sepak bola nasional sehingga tidak ada lagi kompetisi terpecah antara ISL dan IPL, dan nantinya hanya ada satu kompetisi bernama Liga Indonesia. Begitu juga Pengprov-pengprov hingga di level grassroot, tidak lagi dipecah-belah oleh PSSI.
Kelima; agar AFC dan FIFA mengambil tindakan tegas terhadap PSSI. FIFA dan AFC agar tidak mendua dengan mengakui voter Solo, tetapi klub ISL dan KPSI tidak diakui?
Keenam; APSI mengimbau hati nurani kepada 101 voters agar tidak bermain di dua kaki, tergantung yang mana yang menguntungkan.
(ANT-132/N002)
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2012
Sudah sejak dulu kale.., pasti akan terus begitu.
justru lebih prihatin kalau pelatih yang menjadi bagian sistem PSSI bicara seperti itu.
Sepak bola ibarat SBU kalau hasilnya cuma mudarat atau mencoreng nama baik kenapa dipelihara, ibarat ternak yang berusia makin tua tetapi berwujud bayi dan lumpuh. Kurang meyakinkan dari IQ, visi, dan kompetensinya..
Jaya Indonesia.