... menuju visi The First Class Air Force... "
Jakarta (ANTARA News) - TNI AU akan menambah 102 arsenal baru berupa pesawat tempur, pesawat latih, pesawat transport-intai, hingga jajaran radar baru. Hal itu menjadi bagian dari Rencana Strategis Pembangunan TNI AU 20120-2014.


Yang terkini adalah kehadiran C-295 dari Airbus Military menyusul EMB-314 Super Tucano dari Embraer, Brazil. Diproyeksikan 24 F-16 Fighting Falcon hibah Amerika Serikat akan tiba, hampir berbarengan dengan T-50 Eagle dari Korea Selatan, C-130 Hercules, C-725 Cougar, pesawat latih Grob, KT-1 Wong Bee, Boeing B-737-500, dan tentu saja Sukhoi Su-27 Flankers.


"Hal ini akan menumbuhkan rasa kebanggaan sekaligus sebagai tantangan dalam upaya menyusun kekuatan TNI Angkatan Udara," kata Kepala Staf TNI AU, Marsekal TNI Imam Sufaa,t pada pembukaan Rapat Kerja Teknis Logistik yang dihadiri seluruh jajaran logistik TNI AU, di Mabesau, Cilangkap, Rabu.


Semuanya menuju visi The First Class Air Force yang sejajar dengan angkatan udara negara-negara maju.

Namun demikian, kata Kasau, The First Class Air Force yang dicita-citakan tidak akan dapat dicapai hanya dengan pengadaan arsenal baru, tanpa kemauan kuat dilandasi profesionalisme dan pembinaan logistik yang tepat.

Oleh karena itu, dia menekankan kepada seluruh personel jajaran logistik agar mengedepankan kejujuran dalam melaksanakan tugasnya sehingga tidak menyalahi aturan maupun ketentuan yang telah ditetapkan.

"Personel logistik harus mampu mengoperasikan dan merawat semua arsenal dengan manajemen yang lebih baik serta memperhatikan norma dan aturan yang berlaku dalam penyelenggaraan logistik terutama dalam pengadaan barang dan pemeliharaan," kata Sufaat.

Di tempat terpisah, Komandan Pangkalan Udara Utama TNI AU Iswahjudi, Marsekal Pertama TNI M Syaugi, dalam menerima kunjungan wartawan di Lanud Iswahjudi, Madiun, Rabu, mengatakan, sejumlah pesawat tempur yang berada di pangkalan itu berusia cukup tua, di antaranya pesawat tempur Hawk Mk-53 buatan 1977, F-5E Tiger dari 1980, dan pesawat tempur F-16 dari1989.

"Namun, batas pemakaian pesawat tempur tidak bisa dilihat dari usia, melainkan dilihat dari jam terbang. Walaupun usianya sudah cukup tua, namun jam terbangnya masih ada, maka masih layak pakai," katanya.

Oleh karena itu, ia berharap industri pertahanan dalam negeri bisa memproduksi pesawat tempur karena selama ini Indonesia sangat tergantung pada alutsista produk luar negeri.

"Saya berharap Komisi I DPR juga dapat menyetujui anggaran alutsista TNI agar kita bisa mencapai kemampuan pokok minimum (Minimum Esensial Force/MEF) pada 2025 nanti," katanya.

(S037/S024)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2012