Dengan menggunakan platform ini, negara anggota ASEAN dan Sekretariat ASEAN dapat mendokumentasikan semuanya dan memelihara dokumen-dokumen terkait health-track ASEAN...

Jakarta (ANTARA) - Indonesia mengusung digitalisasi kesehatan dalam Keketuaan ASEAN 2023 yang terbagi dalam dua program kerja yakni ASEAN Universal Verification Mechanism (AUVM) dan ASEAN Knowlege Management Platform, kata seorang pejabat di Kementerian Kesehatan RI.

"AUVM pada awalnya digunakan untuk mengecek keabsahan sertifikat vaksin COVID19. Kami usulkan agar penggunaannya diperluas untuk health certificate lainnya dengan cara bekerja sama dengan proyek G20 Indonesia tahun lalu yaitu Federated Public Trust Directory, yang setelah keketuaan G20 Indonesia kini telah diadopsi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)," kata Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan Kemenkes (Kemenkes) RI Setiaji kepada ANTARA di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan negara-negara ASEAN akan didorong menjadi bagian dari Federated Public Trust Directory melalui deklarasi antarnegara, agar nantinya seluruh negara anggota WHO dan ASEAN dapat saling memverifikasi keabsahan berbagai sertifikat kesehatan lain pada masa depan.

Ia menjelaskan ASEAN Knowlege Management Platform adalah proyek yang dirancang untuk sektor kesehatan ASEAN agar membuat data dan informasi lebih mudah diakses negara anggota ASEAN dan Sekretariat ASEAN dalam bentuk platform daring.

Setiaji mengatakan gagasan memiliki sistem manajemen pengetahuan yang terintegrasi dan terpusat telah disampaikan Indonesia dalam Pertemuan Menteri Kesehatan ASEAN (AHMM) ke-14 di Kamboja pada 29-30 Agustus 2019.

Baca juga: Indonesia akan dorong penguatan kerja sama kesehatan ASEAN pada 2023

"Kami mendorong pemahaman bahwa transformasi digital dan teknologi memainkan peran penting dalam meningkatkan kinerja di ASEAN dalam kerja sama kesehatan, tapi baru bisa berjalan saat ini setelah pandemi COVID-19," katanya.

Menurut Setiaji, platform tersebut akan memungkinkan negara anggota ASEAN dan Sekretariat ASEAN melacak informasi tentang proses bisnis sektor kesehatan ASEAN secara akurat.

"Dengan menggunakan platform ini, negara anggota ASEAN dan Sekretariat ASEAN dapat mendokumentasikan semuanya dan memelihara dokumen-dokumen terkait health-track ASEAN untuk strategi perencanaan dan proses pemantauan dan evaluasi yang lebih baik, meningkatkan produktivitas, kinerja hingga tata kelola lebih baik," katanya.

Hal itu, lanjutnya, telah ditegaskan dalam Tinjauan Jangka Menengah untuk Cetak Biru ASCC 2025 (SOCA), yang merekomendasikan platform daring harus dikembangkan untuk meningkatkan kapasitas SDM.

Sementara itu Pakar Ilmu Kesehatan yang juga Direktur Pasca-Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan secara umum ada lima komponen digitalisasi kesehatan yang perlu didorong melalui Keketuaan Indonesia di ASEAN.

Baca juga: Menkes ASEAN-AS jajaki kerja sama perkuat sistem kesehatan

"Pertama adalah kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), dalam bentuk pembelajaran mesin dengan penerapan deep learning, computer vision, Internet of Things (IoT), dan lainnya," kata Tjandra.

Hal kedua adalah alat kesehatan yang digunakan melekat pada seseorang di manapun dia berada, seperti jam tangan dengan data kesehatan, atau telpon genggam dengan aplikasi data kesehatan, juga alat rekaman jantung yang dipasang pasien dan bisa merekam 24 jam dimana pun pasien sedang berada.

Ketiga adalah pelayanan rumah sakit secara maya, baik untuk mendapatkan kewaspadaan dini suatu kegawatan penyakit atau juga semacam prediksi diagnosis apa yang mungkin terjadi, tanpa pasien harus ke klinik atau rumah sakit.

Keempat, kata Tjandra, AI dan ML akan sangat berperan dalam memberi layanan kepada pasien khusus atau spesifik untuk keadaan kesehatannya.

Kelima, adalah layanan telemedisin, baik dalam bentuk telekonsultasi dan bahkan sampai diagnosis dan pemberian obatnya. "Juga berkembang semacam pembedahan jarak jauh (remote surgery) dengan menggunakan teknologi robotik," katanya.

Baca juga: Kemenkes: RUU Kesehatan wujudkan digitalisasi dan inovasi teknologi

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023