Jakarta (ANTARA News) - Mata uang rupiah kembali terapresiasi sebesar 12 poin terhadap dolar AS pada Selasa sore, seiring meredanya kekhawatiran beban utang Yunani dan Spanyol.

Nilai tukar mata uang rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta, Selasa sore, bergerak menguat sebesar 12 poin menjadi Rp9.588 dibanding sebelumnya di posisi Rp9.600 per dolar AS.

"Meredanya kekhawatiran beban utang Yunani dan Spanyol membuat aset berisiko kembali menjadi pilihan investor. Mata uang euro menguat terhadap dolar AS, kondisi itu membawa dampak positif bagi rupiah," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra di Jakarta, Selasa.

Ia menambahkan, katalis positif juga datang dari Jerman yang membuka peluang untuk dilakukannya "write-down" utang Yunani, sementara Spanyol secara resmi mengajukan "bailout" kepada Eropa untuk merekapitalisasi sektor perbankan.

Meski demikian, dikatakan dia, "jurang fiskal" yang masih belum menemui titik temu masih menahan apresiasi nilai tukar rupiah. Diperkirakan, bila tidak terselesaikan tahun ini, jurang fiskal akan membawa resesi bagi ekonomi AS.

Analis Trust Securities Reza Priyambada menambahkan, indeks manufaktur China serta data inflasi dalam negeri masih menjadi sentimen positif bagi rupiah.

"Angka inflasi yang sebesar 0,07 persen itu menjadi salah satu katalis nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar AS, kondisi itu menunjukan kemampuan beli masyarakat terjaga," ujar dia.

Ia mengatakan, kemampuan beli masyarakat yang terjaga akan mendorong perusahaan tetap melakukan ekspansi, sehingga kondisi ekonomi dalam negeri juga masih akan tetap tumbuh.

Meski demikian, dikatakan Reza, penanganan masalah "jurang fiskal" AS masih menjadi panahan mata uang berisiko untuk terus melanjutkan penguatan.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa tercatat mata uang rupiah bergerak menguat nilainya menjadi Rp9.605 dibanding sebelumnya di posisi Rp9.598 per dolar AS.
(KR-ZMF/A026)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012