Jakarta (ANTARA News) - Syeikh Al Azhar Muhammad Sayyid Al Thanthawi menegaskan Islam menolak globalisasi jika globalisasi diartikan sebagai penyeragaman pemikiran dan pola perilaku yang jauh dari nilai agama dan yang mengarah pada kerusakan."Globalisasi juga ditolak jika hanya memupuk ketimpangan, penindasan yang lemah dan jika hanya diarahkan untuk kampanye peperangan," kata ulama besar Mesir itu dengan bahasa Arab dalam Kuliah Umum tentang Dialog Agama dan Budaya di depan ratusan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Ciputat Jakarta, Senin, yang dihadiri Rektor UIN Azyumardi Azra, Menteri Agama Maftuh Basyuni dan Dubes Mesir Muhammad Taha.Namun jika globalisasi diartikan sebagai penyatuan umat manusia dan bangsa dalam kebaikan, saling menolong, dalam hal yang bermanfaat bagi semua, dan saling menguntungkan, maka globalisasi itu adalah hal yang didukung Islam, kata Syeikh universitas tertua itu.Hal itu, ujarnya, karena Islam mengajarkan kebaikan, dengan demikian globalisasi yang bersifat netral itu hanya diterima jika diarahkan kepada tujuan yang baik.Dalam kesempatan itu, Al Thanthawi juga menyatakan, bahwa inti ajaran Islam adalah ikhlas beribadah hanya kepada Allah yang juga diajarkan bukan saja oleh Nabi Muhammad tetapi juga oleh semua Nabi sebelumnya seperti Nuh, Ibrahim, Yusuf dan lainnya dengan menyitir berbagai ayat Al Quran.Para Nabi itu, ujarnya, juga mengajarkan akhlak yang baik dan bahwa tak ada Nabi diturunkan kecuali dia berakhlak baik. Dasar-dasar syariat yang dibawa seluruh nabi, ujarnya, juga sama, yakni, mengajarkan peribadatan dengan kemudahan sesuai kemampuan masing-masing kaum di zamannya, seperti sholat, zakat dan ibadah lain yang tak menyulitkan manusia. Syariat lain yang dibawa para Nabi, lanjutnya, adalah keadilan dalam berkata, berbuat, penyelesaian sengketa dan dalam membuat hukum-hukum serta mencintai ilmu, baik ilmu agama juga ilmu pengetahuan alam, sosial, teknologi, komunikasi dan lain-lain. Dalam soal bom bunuh diri, Syeikh menjawab, bom bunuh diri yang ditujukan untuk terorisme, menimbulkan korban orang-orang tak berdosa seperti banyak terjadi di Indonesia tak diperbolehkan bahkan dikategorikan murtad (keluar dari Islam -red). Namun bom bunuh diri yang dilakukan untuk melakukan perlawanan terhadap musuh dalam peperangan yang zalim seperti di Palestina, bom bunuh diri dibolehkan dalam agama dan termasuk syahid. "Apalagi rakyat Palestina tak memiliki senjata apapun untuk melawan penjajahnya kecuali batu dan tubuhnya sendiri, sementara musuhnya memiliki perlengkapan persenjataan tercanggih," katanya.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006