Medan (ANTARA) - Revitalisasi (upaya menghidupkan kembali) dinilai merupakan salah satu langkah strategis dalam rangka menggelorakan kembali penggunaan bahasa daerah dalam berbagai ranah kehidupan sehari-hari melalui cara yang menyenangkan agar tidak punah.
"Revitalisasi juga merupakan upaya menjamin hak masyarakat adat untuk melestarikan dan mempromosikan bahasa mereka serta mengarusutamakan keragaman bahasa ke dalam semua agenda pembangunan," kata Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek, Hafidz Muksin di Medan, Sabtu.
Ia mengatakan, pelindungan bahasa dan sastra daerah merupakan upaya menjaganya agar tidak punah. Berkaitan dengan itu, berbagai aktivitas dilaksanakan dalam rangka melindungi bahasa daerah, yaitu pemetaan bahasa, kajian daya hidup bahasa, konservasi, revitalisasi, dan registrasi.
"Dari berbagai aktivitas pelindungan bahasa daerah, prioritas tahun ini diarahkan pada upaya menumbuhkan penutur muda melalui revitalisasi bahasa daerah," katanya.
Baca juga: Kemendikbudristek revitalisasi 71 bahasa daerah di Indonesia
Baca juga: Kantor bahasa NTT gelar Rakor perkuat perlindungan bahasa daerah
Kemendikbudristek sendiri telah meluncurkan program Merdeka Belajar Episode-17 yakni Revitalisasi Bahasa Daerah.
Pada tahun 2022 telah melakukan revitalisasi bahasa daerah sebanyak 39 bahasa daerah yang terdapat di 157 kabupaten pada 13 provinsi. Program itu melibatkan 104.112 guru dan kepala sekolah yang telah mengimbaskan kepada 2.905.311 siswa SD dan SMP sebagai penutur muda.
Program revitalisasi bahasa daerah juga mendapatkan dukungan positif dari pemerintah daerah dan masyarakat setempat.
Selanjutnya, Kementerian Dalam Negeri juga memastikan bahwa program revitalisasi bahasa daerah akan masuk ke dalam rencana kerja pemerintah daerah, penyediaan dukungan anggaran melalui Direktorat Jenderal Bina Keuangan Daerah, dan pelaksanaan koordinasi melalui pemantauan dan evaluasi secara berkala.
"Tahun 2023 akan dilakukan revitalisasi 71 bahasa daerah di 25 provinsi. Termasuk diantaranya 5 bahasa daerah di Sumatera Utara, yaitu Bahasa Melayu dialek Panai, Bahasa Batak dialek Angkola, Bahasa Melayu dialek Sorkam, Bahasa Batak dialek Toba, dan Bahasa Melayu dialek Asahan," katanya.*
Baca juga: Kemendikbudristek dorong pelindungan bahasa daerah lewat sinergi
Baca juga: Kemendikbudristek dorong revitalisasi daerah lewat pelatihan guru
Pewarta: Juraidi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023