Sebagaimana diketahui, saat ini sedang terdapat permasalahan perbankan global yang berpotensi memberikan dampak limpahan terhadap negara-negara lainnya, termasuk ASEAN.
"Langkah ini termasuk juga untuk lebih mendorong ekspor dan investasi sehingga neraca pembayaran dan cadangan devisa dapat diperkuat," kata Perry di Kabupaten Badung, Bali, Jumat.
Hal tersebut disampaikannya dalam konferensi pers bersama pertemuan pertama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN (1st ASEAN Finance Ministers and Central Bank Governors/AFMGM) 2023.
Namun di luar itu, ia menyebutkan diversifikasi mata uang juga merupakan inisiatif penting di kawasan sehingga ASEAN sepakat untuk memperkuat ketahanan eksternal dan keuangan, antara lain melalui penggunaan mata uang lokal untuk mendukung perdagangan lintas batas dan investasi di kawasan ASEAN.
Tantangan saat ini dan ketergantungan yang tinggi pada mata uang utama untuk penyelesaian perdagangan dan investasi internasional dapat meningkatkan kerentanan serta meningkatkan risiko stabilitas keuangan di ASEAN.
Dalam aspek ini, 1st AFMGM menyepakati Komite Kerja Liberalisasi Akun Modal akan bertugas untuk mengembangkan pedoman tentang kerangka kerja sama penyelesaian mata uang lokal ASEAN.
Untuk lebih memperkuat pedoman yang ada sebagai pengembangan pada Liberalisasi Akun Modal, Perry menuturkan ASEAN akan membentuk Gugus Tugas Transaksi Mata Uang Lokal ASEAN.
"Dengan begitu kami akan memiliki diskusi yang kuat dan terfokus pada kerangka transaksi mata uang lokal ASEAN dan peningkatan panduan pada kerangka kerja sama penyelesaian mata uang lokal ASEAN," ucap dia.
Baca juga: BI harap ASEAN manfaatkan agenda pembayaran lintas batas global
Baca juga: BI: ASEAN terus jaga ketahanan di tengah berbagai isu global
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023