Kandahar, Afghanistan (ANTARA News) - Sedikitnya lima orang, termasuk dua wanita, tewas ketika bom yang ditujukan pada sebuah kendaraan militer meledak di Afghanistan selatan, Senin, kata sejumlah pejabat.

Bom yang dikendalikan dari jarak jauh itu dipasang di sebuah sepeda motor dan ledakannya menghantam truk patroli tentara Afghanistan ketika kendaraan itu melintas di Trin Kot, ibu kota Uruzgan.

"Dua prajurit Angkatan Darat Afghanistan dan tiga warga sipil tewas dalam ledakan itu," kata juru bicara kepolisian provinsi tersebut, Farid Ayal, kepada AFP.

Abdullah Hemat, juru bicara gubernur Uruzgan, mengatakan, dua wanita termasuk diantara mereka yang tewas dalam serangan tersebut.

Ledakan itu juga mencederai delapan orang lain, termasuk dua prajurit, tambahnya.

Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu, namun pada masa silam serangan-serangan semacam itu diklaim oleh Taliban.

Peristiwa di Uruzgan itu terjadi sehari setelah serangan bom bunuh diri Taliban di pangkalan NATO di sebuah bandara kota Afghanistan menewaskan lima orang dan mencederai sejumlah prajurit asing.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara berada di Afghanistan untuk membantu pemerintah Kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.

Presiden Hamid Karzai dan negara-negara Barat pendukungnya telah sepakat bahwa semua pasukan tempur asing akan kembali ke negara mereka pada akhir 2014, namun Barat berjanji memberikan dukungan yang berlanjut setelah masa itu dalam bentuk dana dan pelatihan bagi pasukan keamanan Afghanistan.

Pada Oktober 2011, Taliban berjanji akan berperang sampai semua pasukan asing meninggalkan Afghanistan.

Gerilyawan meningkatkan serangan terhadap aparat keamanan dan juga pembunuhan terhadap politikus, termasuk yang menewaskan Ahmed Wali Karzai, adik Presiden Hamid Karzai, di Kandahar pada Juli 2011 dan utusan perdamaian Burhanuddin Rabbani di Kabul bulan September 2011.

Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.

Jumlah warga sipil yang tewas meningkat secara tetap dalam lima tahun terakhir, dan pada 2011 jumlah kematian sipil mencapai 3.021, menurut data PBB. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2012