Semakin tinggi variasi genetik, semakin tinggi kemungkinan keberadaan gen-gen yang dapat membantu tumbuhan beradaptasi terhadap perubahan faktor lingkungan,
Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memfokuskan penelitiannya untuk meningkatkan keanekaragaman genetik spesies tumbuhan yang terancam kepunahan.
Peneliti dari Pusat Riset Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya, dan Kehutanan BRIN Ridesti Rindyastuti mengatakan bahwa variasi genetik mempengaruhi kemampuan adaptasi spesies tumbuhan dari perubahan lingkungan.
"Semakin tinggi variasi genetik, semakin tinggi kemungkinan keberadaan gen-gen yang dapat membantu tumbuhan beradaptasi terhadap perubahan faktor lingkungan," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Jumat.
Ridesti menuturkan variasi genetik yang tinggi juga dapat membantu tumbuhan bertahan dari serangan hama penyakit.
Dia mencontohkan hasil studi populasi dan variasi genetik spesies tumbuhan langka penghasil gaharu dari Kabupaten Manggarai, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, yaitu Gyrinops versteegii (Gilg.) Domke menunjukkan nilai 'h' (heterozigositas) sebesar 0,218.
Penelitian serupa untuk anggrek endemik Vanda foetida J.J.Sm dari Sumatra Selatan (Dempo dan Padiampe) menunjukkan nilai 'h' berkisar antara 0,19 sampai 0,17.
Nilai 'h' beberapa spesies langka dan endemik ini mendekati 0,1 yang merupakan indikator suatu spesies dikatakan genting dan memerlukan upaya konservasi serta peningkatan variasi genetiknya.
"Variasi genetik dapat ditingkatkan melalui reproduksi secara generatif (seksual), menghindari inbreeding, dan meningkatkan aliran gen (gene flow) melalui transfer pollen dan penyebaran biji," jelas Ridesti.
Peneliti dari Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Anjar Tri Wibowo, memperkenalkan metode baru berupa analisis mikrobioma dan analisis environmeltal DNA yang memungkinkan peneliti dapat mengetahui spesies tumbuhan apa saja yang hidup di area yang diteliti melalui analisis sampel tanah, air, dan polen yang terbang di udara.
"Tidak hanya jenis tumbuhannya, namun juga tingkat kelimpahannya, sehingga lebih cepat dan ekonomis," kata Anjar.
Dia mencontohkan salah satu penelitian identifikasi tumbuhan di suatu area melalui metode ini dapat mengidentifikasi sebanyak 142 spesies, sedangkan melalui survei lapangan secara manual hanya memperoleh data 56 spesies.
Keanekaragaman hayati terbagi menjadi tiga tingkatan mulai dari yang terkecil, yaitu tingkat keanekaragaman genetik, keanekaragaman spesies atau individu, dan tingkat ekosistem.
Indonesia sebagai negara yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi terus berupaya menjaga keanekaragaman hayati di setiap tingkatan untuk mencegah kepunahan dan pemanfaatannya secara berkelanjutan.
Baca juga: BRIN: Teknologi jadi solusi optimalkan sektor pertanian di Indonesia
Baca juga: Studi Israel ungkap tumbuhan bisa keluarkan suara saat stres
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2023