Program kerja sama yang dijalin para anggota IOC-WESPAC memiliki peran strategis untuk kemajuan riset dan inovasi di Indonesia,
Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjadi tuan rumah gelaran Fourteenth Intergovernmental Session of the IOC Sub-Commission for the Western Pacific (WESTPAC-XIV) berlokasi Jakarta, pada 4-7 April 2023 mendatang.

"Program kerja sama yang dijalin para anggota IOC-WESPAC memiliki peran strategis untuk kemajuan riset dan inovasi di Indonesia," kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko di Jakarta, Jumat.

Komisi Oseanografi Antarpemerintah Pasifik Barat (IOC-WESPAC) merupakan wadah kerja sama riset, teknologi, dan kebijakan di bidang ilmu kelautan untuk negara-negara Pasifik Barat yang mempromosikan kerja sama internasional dan mengoordinasikan program penelitian bidang kelautan, pengamatan laut, dan peningkatan kapasitas.

IOC-WESTPAC didirikan pada 1989 untuk mempromosikan kerja sama internasional dan mengkoordinasikan program dalam penelitian kelautan dan pengamatan laut.

Handoko menuturkan, kerja sama riset itu dilakukan untuk mempelajari lebih lanjut tentang sifat dan sumber daya laut dan wilayah pesisir serta menerapkan pengetahuan tersebut untuk peningkatan tata kelola, pembangunan berkelanjutan, dan perlindungan ekosistem laut.

Pada WESTPAC-XIV ada tiga topik yang akan dibahas pada pertemuan pekan depan tersebut, yakni terkait lingkungan laut dan makanan laut, keanekaragaman hayati, serta pengembangan kapasitas.

Pertemuan itu nanti akan dilakukan peninjauan terhadap pelaksanaan kesepakatan yang telah dibuat pada pertemuan IOC-WESPAC sebelumnya selama tiga tahun terakhir.

"Selain mengevaluasi, setiap negara anggota juga dapat mengusulkan project atau working group yang akan ditindaklanjuti di tahun-tahun berikutnya," kata Handoko.

Indonesia mengusulkan topik diskusi mengenai riset dan pengembang pulau-pulau kecil. Usulan topik itu sangat relevan dengan kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan.

"Topik itu sangat relevan dengan 17.500 pulau yang dimiliki Indonesia, 90 persen dapat dikategorikan sebagai pulau-pulau kecil dan terdapat 111 pulau kecil terluar," terang Handoko.

Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa pulau-pulau kecil unik secara geologis dan secara biologis memiliki kekayaan hayati khas atau endemik hanya ada di beberapa pulau atau klaster pulau, seperti coral triangle yang merupakan pusat keanekaragaman hayati dunia.

Pulau-pulau kecil juga dimiliki negara-negara di Pasifik Barat, seperti Malaysia, Filipina, Jepang, Thailand, Timor Leste, Papua Nugini, dan bahkan negara yang ada di sebelah barat Samudra Pasifik, klaster pulau-pulau kecil sebagai negara seperti Palau, Fiji, Samoa, dan lainnya.

Tak hanya itu, pulau-pulau kecil juga rentan akibat perubahan iklim dan potensi tenggelam.

"Mengingat adanya kemiripan berbagai ancaman yang dihadapi oleh semua negara di kawasan regional pasifik barat, maka perlu dibentuk working group SIRaD," kata Handoko.

"Melalui working group itulah para peneliti regional akan mencari solusi bersama melalui riset yang mendukung pembangunan berkelanjutan," katanya.

Baca juga: Pemkab Talaud-DPR RI perkuat ketahanan pulau-pulau kecil di Sulut
Baca juga: BRIN: Perubahan iklim sebabkan musim hujan lebih panjang di Indonesia

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2023