Jakarta (ANTARA News) - Aliansi Bhinneka Tunggal Ika (BTI) kembali menggelar karnaval budaya pada 3 Juni yang mengetengahkan berbagai pentas seni dan karnaval. Karnaval yang akan diikuti berbagai kesenian rakyat itu dimaksudkan untuk merefleksikan kebhinekaan budaya Indonesia. Sebelumnya, Aliansi BTI mengadakan kegiatan serupa tanggal 22 April berupa "long march" dari Monas menuju Bundaran HI yang diikuti ribuan orang dan juga diisi oleh kesenian masyarakat dari berbagai daerah. Selain melakukan pawai budaya, Aliansi BTI bersama dengan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dan Dirjen Kesbangpol Depdagri juga mengadakan acara "Curhat Budaya" pada 1 dan 2 Juni di Hotel Nikko, demikian siaran pers yang diterima ANTARA di Jakarta, Senin. Acara "curhat" itu merupakan sebuah musyawarah kebudayaan. Musyawarah kebudayaan tersebut akan mengedepankan analisis budaya dan bukan analisis ekonomi atau politik. Namun demikian, kata panitia dalam sirannya, analisis itu diharapkan akan menjadi sebuah musyawarah yang memiliki dimensi afeksi yang kuat untuk menggugah ingatan kolektif mengenai jati diri dan kesejarahan sebagai kolektivitas yang utuh. Musyawarah berencana untuk menghadirkan tokoh adat, budayawan, intelektual, seniman, perwakilan dari Pemerintah Daerah, seniman, pengamat budaya, designer, artis, serta wartawan. "Pancasila Rumah Kita", demikian judul yang dipilih bagi "curhat budaya" itu mencoba untuk mengembalikan fungsi Pancasila sebagai dasar negara, seperti amanat yang tertulis dalam Pembukaan UUD 1945. "Kini, di tengah kecenderungan menjadikan Indonesia telanjang dalam globalisasi dan kecenderungan menutup diri rapat-rapat dalam komunitas agama/etnik/partai, sudah waktunya Pancasila sebagai dasar negara dibuka dan dibicarakan ulang secara kritis, mendalam, jujur dan bersemangat guna membuka kemungkinan seluas-luasnya untuk menginspirasi bangsa Indonesia yang terancam `impasse` secara sosial, ekonomi. politik dan budaya," demikian siaran pers Aliansi BTI. Beberapa tokoh yang terlibat dalam aksi tersebut antara lain Gusti Kanjeng Ratu Hemas sebagai penasehat dan panitia pengarah yang beranggotakan antara lain Prof. Dr. Syafii Maarif, A. Mustofa Bisri, Prof. Edy Sedyawati, Ratna Sarumpaet, Siswono Yudhohusodo, I Gde Ardika, penyanyi Franky Sahilatua, Prof. Melani Budianta, Moeslim Abdurahman, Mohammad Sobary, Mudji Sutrisno, Kamala Chandra Kirana, Prof. Dr. Toety Heraty, Jamal D. Rahman, Nurul Arifin dan Mirta Kartohadiprodjo. (*)
Copyright © ANTARA 2006