Kami berharap masyarakat melakukan panen hujan

Kulon Progo (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengimbau masyarakat untuk memanen air hujan untuk mengantisipasi musim kemarau panjang yang diprediksi akan berlangsung lima sampai tujuh bulan.

Kepala Pelaksana BPBD Kulon Progo Joko Satya Agus Nahrowi di Kulon Progo, Jumat, mengatakan saat ini masih ada hujan yang mengguyur Kulon Progo.

"Kami berharap masyarakat melakukan panen hujan atau menampung air hujan di instalasi penampung air hujan (PAH) yang bisa dimanfaatkan saat krisis air atau saat butuh," kata Joko Satyo.

Ia juga meminta masyarakat menghemat air. Hal ini dikarenakan ada potensi kemarau kering yang berlangsung lima hingga tujuh bulan.

Joko Satyo mengatakan berdasar pengalaman penanganan kekeringan, distribusi air bersih itu bagian rutin. Tahun ini, BPBD akan menggunakan biaya tak terduga bila ada laporan dan permintaan bersih dari masyarakat.

"Nanti akan kami proses pencairan biaya tak terduga untuk distribusi air bersih," katanya.

Baca juga: BMKG minta warga DIY waspadai cuaca ekstrem akibat Siklon Herman

Baca juga: Pemkab Kulon Progo keluarkan status tanggap darurat bencana kekeringan

Lebih lanjut, Joko Satyo meminta masyarakat di kawasan perbukitan Menoreh mewaspadai Siklon Tropis Herman. Wilayah perbukitan Menoreh meliputi Kalibawang, Kokap, Samigaluh dan Girimulyo.

"Kami mengimbau masyarakat melakukan normalisasi saluran air drainase, dan kelola sampah dengan baik. Jangan sampai sampah seperti ranting bambu hanyut ke saluran sehingga berpotensi menyumbat gorong-gorong yang menyebabkan genangan di permukiman," katanya.

Sebelumnya, Kepala Stasiun Meteorologi Kelas II Yogyakarta, Warjono, menyebut perkembangan terkini cuaca ekstrem dampak tropical cyclone Herman atau siklon tropis Herman dengan kecepatan 55 knot yang terpantau berada di sebelah barat daya pulau Jawa, dinilai mengakibatkan terjadinya pola konvergensi serta perlambatan udara di wilayah Jawa dan tentunya di Yogyakarta.

"Hal tersebut dapat dinilai mempengaruhi peningkatannya suplai udara di wilayah Jawa, sehingga aktivitas awan konvektif relatif meningkat dan mempengaruhi terjadinya beberapa kondisi cuaca yang cukup ekstrem di wilayah Jawa dan Yogyakarta," katanya.

Baca juga: Kulon Progo imbau warga Bukit Menoreh waspada potensi tanah longsor

Baca juga: BPBD Kulon Progo waspadai 50 titik potensi bencana

Pewarta: Sutarmi
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023