Istanbul (ANTARA) - Rusia pada Rabu (29/3) mengatakan bahwa Ukraina harus bersikap netral serta menolak bergabung dengan NATO dan Uni Eropa (EU) jika ingin memulai pembicaraan damai terkait perang.
“Kami ingin status Ukraina yang netral dan nonblok, penolakannya untuk bergabung dengan NATO dan EU, dan konfirmasi status bebas nuklir Ukraina serta pengakuan oleh Kiev dan komunitas internasional atas kenyataan teritorial baru,” ujar Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Galuzin dalam sebuah wawancara dengan jaringan berita Rusia RTVI.
Galuzin mengatakan bahwa Moskow meyakini perdamaian yang adil dan berkelanjutan di Ukraina dan Eropa bisa terwujud ketika konflik antara pasukan Rusia dan Ukraina berakhir.
Dia juga menegaskan bahwa perdamaian juga dapat tercapai jika negara-negara Barat berhenti memasok persenjataan ke Kiev.
Baca juga: Rusia tuding AS bertindak lampaui batas untuk tegaskan kekuasaan
Galuzin mengatakan bahwa Ukraina telah menolak mempertimbangkan jalur diplomatik dalam penyelesaian perang tersebut.
Dia juga mengatakan bahwa belum ada perubahan signifikan dalam posisi Ukraina karena Kiev terus mengandalkan solusi militer untuk konflik tersebut.
"Sepertinya banyak hal yang akan bergantung pada seberapa cepat Kiev dan Barat menyadari bahwa kunci untuk masa depan yang damai bagi Ukraina adalah kembali ke asal-usul kenegaraannya sebagaimana tercatat dalam Deklarasi Kedaulatan Negara tahun 1990, yang menetapkan kenetralan dan status nonblok Ukraina," ujar Galuzin.
Galuzin menambahkan bahwa Rusia tidak akan mentoleransi keberadaan negara anti-Rusia di perbatasannya. Menurut dia, posisi Ukraina saat ini akan menjadi hambatan utama untuk mencapai kesepakatan tentang pembentukan zona keamanan di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Rusia penjarakan perwira desertir yang tolak perang di Ukraina
Baca juga: Rusia ingatkan jika Putin ditangkap sama dengan nyatakan perang
Penerjemah: Shofi Ayudiana
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023