Jakarta (ANTARA) - Hasil survei NEW INDONESIA menunjukkan elektabilitas PSI mencapai 6 persen sehingga berpeluang untuk menjadi partai parlemen pada pemilihan umum mendatang.
“PDIP, Gerindra, dan Golkar menguasai tiga besar elektabilitas partai politik, sementara itu PSI menembus 6,0 persen,” ucap Direktur Eksekutif NEW INDONESIA Research and Consulting Andreas Nuryono dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu.
PDIP unggul pada peringkat pertama dengan elektabilitas 19,1 persen, disusul Gerindra sebesar 13,3 persen dan Golkar 8,5 persen. Pada urutan keempat terdapat PKB (7,3 persen) dan disusul oleh Demokrat (6,4 persen) pada posisi kelima.
Sedangkan, PKS meraih elektabilitas sebesar 4,7 persen dan NasDem 3,4 persen. Elektabilitas kedua partai tersebut disalip oleh PSI yang menempati posisi keenam dengan elektabilitas mencapai 6 persen. Andreas memandang PSI menyodok dan berpeluang lolos ke Senayan.
"Naiknya elektabilitas PSI tampak disumbang oleh agresifnya tayangan iklan sebagai bentuk sosialisasi kepada publik, untuk meningkatkan awareness dan popularitas," ujar Andreas.
Saat ini, PSI merupakan partai non-parlemen bersama sejumlah partai lain seperti Perindo (1,5 persen). Partai-partai baru mulai menggeliat dan berpeluang mengancam partai-partai Senayan, di antaranya Gelora (1,0 persen) dan Ummat (0,8 persen).
Partai lainnya adalah Hanura (0,4 persen) dan PBB (0,3 persen), sedangkan sisanya nihil dukungan. Masih ada 22,9 persen yang menyatakan tidak tahu/tidak jawab.
Menurut Andreas, kekuatan PDIP, Gerindra, dan Golkar mencerminkan realitas politik di mana ketiganya memimpin koalisi partai-partai politik. Gerindra membentuk Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR), sedangkan Golkar menginisiasi Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
PDIP satu-satunya partai yang tidak memerlukan koalisi untuk mengusung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.
"Meskipun bisa maju pilpres tanpa koalisi, PDIP tetap perlu menggalang koalisi untuk memastikan capresnya menang," kata Andreas.
Sebagai partai besar, baik PDIP, Gerindra, maupun Golkar tampak tidak mau terburu-buru untuk menentukan siapa capres ataupun cawapres yang bakal diusung.
Survei NEW INDONESIA Research and Consulting dilakukan pada 15 hingga 22 Maret 2023 terhadap 1.200 orang mewakili seluruh provinsi. Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error sekitar 2,89 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Didik Kusbiantoro
Copyright © ANTARA 2023