Indeks dolar, yang melacak mata uang terhadap enam mata uang utama, naik tipis 0,08 persen menjadi 102,57 di perdagangan Asia, menyusul penurunan sekitar 0,3 persen di masing-masing dua sesi terakhir. Pelemahan terjadi meskipun imbal hasil obligasi pemerintah AS meningkat, juga akibat dari surutnya permintaan untuk aset-aset paling aman.
Yen tetap bergejolak menjelang akhir tahun fiskal Jepang pada Jumat (31/3/2023). Dolar menguat 0,59 persen menjadi 131,68 yen, dan menyentuh level tertinggi satu minggu di 131,80.
Yen telah turun 0,5 persen pada hari sebelumnya, ketika secara tidak biasa bergerak ke arah yang berlawanan dengan imbal hasil obligasi pemerintah AS jangka panjang.
Imbal hasil AS 10 tahun terdong sebanyak 1,5 basis poin lebih tinggi ke puncak baru satu minggu di 3,583 persen di perdagangan Tokyo, tetapi terakhir sedikit berubah di 3,5677 persen. Jumat lalu (24/3/2023), imbal hasil turun ke level terendah enam bulan di 3,285 persen.
"Volatilitas obligasi AS telah mendorong sebagian besar volatilitas dalam dolar-yen, jadi masuk akal jika kami mendekati 130 daripada 140 karena imbal hasil AS jauh lebih rendah," kata Ray Attrill, kepala strategi valuta asing di National Australia Bank.
Mengenai reli yen Selasa (28/3/2023), "itu tidak mengikuti aturan seperti yang diharapkan, yang mungkin mengatakan bahwa memasuki akhir tahun fiskal, aliran yang harus dilakukan memiliki efek yang tidak proporsional," tambah Attrill.
Di tempat lain, dolar Australia tergelincir 0,16 persen menjadi 0,6698 dolar setelah angka inflasi konsumen Australia melambat ke level terendah delapan bulan, menambah alasan bank sentral untuk menghentikan kampanye kenaikan suku bunga minggu depan. Pasar berjangka sekarang menyiratkan hanya 5 persen kemungkinan kenaikan suku bunga, dibandingkan dengan 15 persen sebelum data inflasi.
Mata uang AS telah kehilangan pijakan karena investor mengambil penghiburan dari perjanjian First Citizens BancShares untuk membeli semua simpanan dan pinjaman bank Silicon Valley Bank (SVB) yang gagal, serta komentar semalam oleh Michael Barr, wakil ketua Federal Reserve untuk pengawasan, bahwa masalah SVB adalah karena manajemen risiko yang "mengerikan", menunjukkan bahwa ini bisa menjadi kasus yang terisolasi.
Namun, para pedagang tetap sangat sensitif terhadap tanda-tanda keretakan lebih lanjut dalam sistem perbankan.
"Masalah di bank-bank AS akan tetap menjadi pengaruh dominan terhadap dolar dalam waktu dekat," Joseph Capurso, ahli strategi di Commonwealth Bank of Australia, menulis dalam catatan klien, menunjuk pada pentingnya data mingguan tentang arus pasar uang yang akan dirilis hari ini, yang "kemungkinan akan menyoroti pergeseran simpanan dari bank-bank kecil AS ke bank-bank besar."
Euro melayang 0,1 persen lebih rendah menjadi 1,0834 dolar dan sterling turun 0,12 persen menjadi 1,23265 dolar.
Dolar Selandia Baru yang sensitif terhadap risiko bertambah 0,13 persen menjadi 0,6261 dolar AS. Para pedagang terus memperkirakan kenaikan suku bunga seperempat poin pada pertemuan kebijakan bank sentral Selandia Baru minggu depan.
Bitcoin naik menjadi sekitar 27.600 dolar AS, menemukan pijakan setelah masalah di bursa kripto terbesar di dunia, Binance, yang telah digugat oleh Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas (CFTC) AS.
Token tersebut telah merosot ke 26.541 dolar AS pada Senin (27/3/2023), setelah mundur dari level tertinggi sembilan bulan di 29.380 dolar AS minggu lalu.
Baca juga: Minyak naik di awal perdagangan Asia ditopang kekhawatiran pasokan
Baca juga: Harga emas terangkat 19,70 dolar, karena "greenback" melemah
Baca juga: Wall St berakhir turun, investor pertimbangkan komentar tentang bank
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023