Kita mencoba untuk menjaga sustainability atau keberlanjutan dari bahan baku produk hilirisasi. Itu salah satu syarat apabila kita ingin membangun industri kita, namun saat ini kita lihat larangan ekspor kita mendapat tantangan di WTO.....Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Hilirisasi Strategis Kementerian Investasi/BKPM Heldy Satrya Putera mengungkapkan bahwa pengembangan hilirisasi di Indonesia terkendala sejumlah tantangan mulai dari tentangan dari negara-negara maju hingga masalah pembiayaan.
Dalam webinar "Strategi Mencapai Target Investasi 2023 dengan Mendorong Hilirisasi" yang dipantau secara daring di Jakarta, Rabu, Heldy menjelaskan salah satu contoh tentangan yang dihadapi Indonesia adalah gugatan di WTO terkait larangan ekspor nikel.
"Kita mencoba untuk menjaga sustainability atau keberlanjutan dari bahan baku produk hilirisasi. Itu salah satu syarat apabila kita ingin membangun industri kita, namun saat ini kita lihat larangan ekspor kita mendapat tantangan di WTO. Ini hal yang tidak mudah yang harus kita selesaikan atau kita hadapi ke depan," katanya.
Baca juga: RI mau jadi produsen "stainless steel" dan baterai EV dari hilirisasi
Heldy menuturkan tantangan serupa juga mungkin bisa muncul di masa mendatang menyusul rencana Indonesia untuk melakukan hilirisasi di berbagai komoditas sehingga diperlukan upaya mitigasi dan antisipasi.
"Kita lihat juga negara-negara lain, negara-negara maju terutama, mereka sudah membuat aturan atau kebijakan-kebijakan yang mulai membatasi kegiatan-kegiatan hilirisasi yang dilakukan negara berkembang termasuk Indonesia. Ini juga jadi satu tantangan," ungkapnya.
Di sisi lain, negara-negara lain juga disebut Heldy telah lebih dulu memberikan sejumlah insentif yang lebih baik untuk menarik investasi di sektor hilirisasi, khususnya terkait ekosistem kendaraan listrik.
"Apabila kita tidak melakukan itu maka kita akan sulit bersaing atau menarik investasi di sektor hilirisasi ke Indonesia," imbuhnya.
Salah satu tantangan utama yang juga dihadapi dalam pengembangan hilirisasi yakni dari sisi pembiayaan di dalam negeri yang masih sangat minim.
"Kami sudah menyampaikan rekomendasi kami agar perbankan negara atau Himbara itu bisa mendorong lebih banyak lagi fasilitas keuangan pembiayaan untuk kegiatan hilirisasi," tuturnya.
Baca juga: Luhut tegaskan hilirisasi kunci Indonesia menjadi negara maju 2045
Tidak hanya itu, penguasaan teknologi pun menjadi faktor penting dalam pengembangan hilirisasi di samping pembiayaan yang tinggi. Terakhir, promosi dan kerja sama untuk menggaet minat investasi baik dari dalam maupun luar negeri.
"Oleh karena itu Kementerian Investasi/BKPM selalu melakukan kegiatan-kegiatan promosi untuk sektor hilirisasi ini baik di dalam negeri maupun di luar negeri," katanya.
Heldy mengatakan sejauh ini sudah ada sejumlah investasi yang masuk untuk mendukung hilirisasi nikel untuk pengembangan ekosistem baterai dan kendaraan listrik.
Demikian pula investasi hilirisasi bauksit, serta investasi hilirisasi kelapa sawit khususnya untuk oleofood dan oleochemical.
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023