Sistem Circular Economy sangat diperlukan untuk mengurangi pemborosan sumber daya alam, meminimalkan dampak lingkungan, serta menciptakan nilai ekonomi yang berkelanjutan karena berpengaruh pula pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Semarang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mempercepat penerapan sistem Circular Economy melalui Kebijakan Implementasi Ekonomi Hijau yang memiliki potensi untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, berkelanjutan, dan ramah lingkungan.
“Sistem Circular Economy sangat diperlukan untuk mengurangi pemborosan sumber daya alam, meminimalkan dampak lingkungan, serta menciptakan nilai ekonomi yang berkelanjutan karena berpengaruh pula pada peningkatan kesejahteraan masyarakat,” kata Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen di Semarang, Selasa.
Menurut Wagub, semua pihak terkait harus yakin bahwa akselerasi ekonomi Jawa Tengah bisa dilakukan, meskipun dalam himpitan risiko resesi ekonomi, salah satunya dengan memaksimalkan efek Circular Economy.
Baca juga: Indonesia perkuat kerja sama internasional mitigasi perubahan iklim
Ia menjelaskan bahwa untuk mendukung penerapan sistem Circular Economy, Pemprov Jateng telah menyusun dokumen Pembangunan Rendah Karbon (PRKD) Jateng Tahun 2021-2030 yang saat ini masih dalam proses peninjauan oleh Bappenas.
Selain itu, Pemprov Jateng juga melaksanakan berbagai kegiatan pada dinas teknis yang berorientasi pada mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, serta transisi menuju ekonomi hijau.
Pemprov Jateng juga telah menyusun dokumen Rencana Pembangunan Daerah 2024-2026 dengan mengintegrasikan ekonomi hijau dalam isu pembangunan ekonomi tangguh yang berdaya saing, dan berkelanjutan, serta ketahanan sumber daya alam dan lingkungan.
Isu strategis dalam dokumen ini adalah pembangunan rendah karbon, mitigasi perubahan iklim, pembangunan berketahanan iklim (adaptasi perubahan iklim) dan kebijakan tata ruang.
"Penerapan circular economy di Jawa Tengah memiliki potensi yang besar untuk mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, dan ramah lingkungan," ujarnya.
Baca juga: Wagub pastikan Jateng partisipasi pada Festival Nusantara Bremen 2023
Wagub mengungkapkan, banyak potensi penerapan Circular Economy di Jawa Tengah dan contohnya adalah pada bidang pertanian, serta perkebunan untuk mengembangkan praktik pertanian regeneratif dan perkebunan yang ramah lingkungan.
Praktiknya dapat dilakukan melalui penggunaan pupuk organik, pengurangan penggunaan pestisida kimia, dan pengelolaan limbah pertanian.
Di sektor energi baru terbarukan, lanjut Wagub, Jawa Tengah memiliki banyak sumber energi terbarukan seperti panas bumi, hidro, bioenergi, dan pemanfaatan sumber energi ini akan mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan mendukung transisi ke energi yang lebih ramah lingkungan.
Orang nomor dua di Jateng itu juga mencontohkan potensi penerapan Circular Economy pada sektor ekonomi kreatif dan pariwisata yang berbasis pada kearifan lokal dan sumber daya alam, dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru dan meningkatkan daya saing ekonomi Jateng.
"Pariwisata berkelanjutan juga dapat diintegrasikan ke dalam konsep circular economy seperti pengembangan desa wisata yang mengedepankan prinsip berkelanjutan dan pelestarian lingkungan," kata Wagub.
Pewarta: Wisnu Adhi Nugroho
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023