Jakarta (ANTARA) - Dekan Fakultas Studi Islam Universitas Islam Internasional Indonesia Noorhaidi Hasan mengapresiasi gagasan fikih peradaban Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya dan menilai gagasan tersebut sudah kuat secara epistemologi.
"Memang sudah kuat secara epistemologi, tetapi perlu diperkuat lagi dari sisi metodologinya. Kalau bisa penekanan lebih jauh secara metodologi menjadi satu model yang akan diperhitungkan di seluruh dunia," kata Noorhaidi dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin.
Implikasi dari pemikiran Gus Yahya ini, menurut dia, dapat membawa Indonesia sebagai kunci terkait dengan reformasi agama.
"Kali ini NU memasuki abad kedua. Akan lahir pemikir besar dari Indonesia. Khazanah pemikiran Indonesia akan dikenal luas yang bertumpu pada pemahaman keselarasan Islam dan budaya lokal," katanya.
Sementara itu, Guru Besar Universitas Pelita Harapan Aleksius Jemadu mengatakan bahwa memang ada peran organisasi dalam hubungan internasional. Namun, peran itu hanya sebatas untuk mengamankan kontrol negara atas agama dan memperlancar operasi sistem.
Jika peran agama mengganggu, negara langsung melabeli negatif atau mengancam stabilitas politik. Meskipun demikian, kata dia, gagasan Gus Yahya ini perlu didukung.
"Bersama dengan NU dan ormas lainnya, perlu mendukung gagasan brilian dan strategis dari Gus Yahya untuk masa depan Indonesia dan kemanusiaan universal," katanya.
Sementara itu, Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Siti Zuhro mengapresiasi gagasan Gus Yahya.
Menurut dia, hal tersebut sangat brilian dan sejalan dengan amanat konstitusi.
Zuhro menilai peran PBNU sangat signifikan dalam membangun fikih peradaban. Hal ini mengingat Indonesia membutuhkan pemimpin teladan yang transparan, tidak transaksional.
Dalam mewujudkan hal itu, Zuhro memandang perlu kesamaan langkah, semangat, soliditas, dan sinergi yang kuat.
Baca juga: Ketua Umum PBNU sebut Piagam PBB tak bertentangan dengan syariat Islam
Baca juga: Akademisi Unusia harap ada pendalaman pemahaman soal fikih peradaban
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2023