Jakarta (ANTARA) - Perusahaan rintisan PT Teknologi Artifisial Indonesia (Indonesia AI) menghadirkan pelatihan teknologi kecerdasan artifisial untuk mengatasi kesenjangan keterampilan talenta dan mendukung Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial 2020-2045, lewat kampanye #AIUntukSemua dan #AIUntukIndonesia.

“Sebagai pihak yang berawal dari komunitas penggiat dan penggemar yang memiliki perhatian terhadap pengembangan edukasi AI, Indonesia AI berkomitmen untuk mengatasi kesenjangan keterampilan talenta di Indonesia demi mendukung pemerintah untuk mencapai Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial 2020-2045," kata salah seorang pendiri dan CEO Indonesia AI Muhammad Angga Muttaqien melalui keterangan yang diterima pada Senin.

Jagat maya diramaikan dengan pembicaraan seputar platform ChatGPT.

Sistem chatbot berbasis artificial intelligence yang telah mencapai versi Chat GPT-4 besutan perusahaan kecerdasan buatan OpenAI asal Amerika Serikat itu memiliki kemampuan yang meliputi kemampuan menganalisis gambar, kepribadian AI yang bisa diatur, memori ingatan yang lebih besar, dan kemampuan akurasi 27 bahasa.

Baca juga: BRIN kembangkan aplikasi berbasis AI kenali klon teh

Investor swasta dan publik pun turut mendukung perkembangan teknologi AI seperti Deep Learning, Computer Vision (CV), dan Natural Language Processing (NLP), untuk pengembangan algoritma guna meningkatkan kemampuan AI dalam menyelesaikan masalah yang lebih kompleks.

Di Indonesia, perkembangan teknologi AI juga terus meningkat seiring dukungan pemerintah untuk mengembangkan ekosistem AI di Indonesia. Salah satu dukungan tersebut ditunjukkan melalui Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial 2020-2045.

Meski begitu, beberapa tantangan masih dihadapi Indonesia seperti kurangnya talenta AI yang berkualitas, kurangnya infrastruktur pendukung, dan kebijakan yang mendukung perkembangan industri teknologi AI.

Untuk itu, menurut Angga, diperlukan kolaborasi pentahelix untuk mengatasi tantangan pengembangan AI di Indonesia. Indonesia AI pun hadir untuk membantu Indonesia melakukan transformasi digital menuju Indonesia Generasi Emas dengan pemanfaatan teknologi AI.

Baca juga: BRIN kembangkan teknologi inderaja berbasis kecerdasan artifisial

Berdasarkan riset McKinsey dan Bank Dunia, Indonesia membutuhkan sekitar sembilan juta talenta digital selama 2015 hingga 2030.

Namun, hanya 20 persen dari total 4.000 kampus di Indonesia yang memiliki program studi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sehingga ada kesenjangan keterampilan talenta sekitar 400 ribu–500 ribu setiap tahunnya.

Untuk mengatasi kesenjangan itu, Indonesia AI menghadirkan program-program unggulan, salah satunya AI Career Bootcamp, yaitu program pelatihan intensif untuk meningkatkan keterampilan peserta agar siap berkarir di bidang teknologi AI, CV, dan NLP melalui materi yang komprehensif dan mendalam.

Platform edutech itu turut didukung oleh sederet mentor berpengalaman di bidang AI dari berbagai perusahaan ataupun startup dan telah membantu pemerintah dan banyak perusahaan lintas industri, seperti Microsoft, IBM, AWS, LG Indonesia dan lainnya.

"Melalui kampanye #AIUntukSemua dan #AIUntukIndonesia, kami juga menghadirkan platform belajar daring teknologi AI berbasis Learning Management System (LMS) yang terdiri dari ragam kursus mulai dari AI Fundamental, AI for Smart City, AI for Agriculture, AI for Healthcare, AI for Education, AI for Disaster Management, dan AI for Natural Resources," kata Angga.

Dia menambahkan, Indonesia AI juga menghadirkan AI for Kids untuk memperkenalkan teknologi AI sejak dini yang dimulai dari usia 6 hingga 15 tahun, guna mencapai Generasi Emas.

Baca juga: BRIN kembangkan AI untuk koleksi data genomik biodiversitas

Baca juga: Guru Besar ITB sebut tiga penyebab bias pada kecerdasan artifisial

Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023