Singapura (ANTARA) - Harga minyak naik di perdagangan Asia pada Senin sore, karena investor mempertimbangkan upaya otoritas untuk mengendalikan kekhawatiran tentang sistem perbankan global, sementara rencana Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menempatkan senjata nuklir taktis di Belarus meningkatkan ketegangan di Eropa.
Minyak mentah berjangka Brent terkerek 77 sen atau 1,03 persen, menjadi diperdagangkan di 75,76 dolar AS per barel pada pukul 07.31 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS menguat 74 sen atau 1,03 persen menjadi diperdagangkan pada 70 dolar AS per barel.
Brent terangkat 2,8 persen minggu lalu, sementara WTI rebound 3,8 persen karena kegelisahan di sektor perbankan mereda.
Pasar minyak mentah mengamati sentimen di pasar keuangan, sementara fundamental minyak tetap dikesampingkan, kata Vandana Hari, pendiri penyedia analisis pasar minyak Vanda Insights.
"Diperkirakan sebagian besar aksi harga di Brent dan WTI berjangka terjadi selama jam perdagangan Eropa dan AS, ditandai dengan banyak volatilitas intraday," kata Hari.
"Rebound yang kuat tidak akan terjadi sampai krisis (perbankan) menghilang sepenuhnya, yang bisa memakan waktu berhari-hari, bahkan berminggu-minggu."
Dalam berita dari sektor perbankan, First Citizens BancShares Inc mengatakan akan mengakuisis simpanan dan pinjaman dari Silicon Valley Bank yang gagal, menutup satu bab dalam krisis kepercayaan yang telah mengoyak pasar keuangan.
Ada juga harapan untuk dukungan ekstra untuk pendanaan bank, setelah laporan bahwa otoritas AS sedang mempertimbangkan tahap awal untuk memperluas fasilitas pinjaman darurat.
Harga minyak juga mendapat dukungan dari rencana Putin untuk menempatkan senjata nuklir taktis di Belarusia.
Langkah tersebut merupakan salah satu sinyal nuklir Rusia yang paling menonjol dan peringatan kepada NATO atas dukungan militernya untuk Ukraina, yang menyerukan pertemuan Dewan Keamanan PBB sebagai tanggapan. NATO mengecam Putin karena retorika nuklirnya yang "berbahaya dan tidak bertanggung jawab".
Sementara itu, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan bahwa Moskow hampir mencapai target pemotongan produksi minyak mentah sebesar 500.000 barel per hari (bph) menjadi sekitar 9,5 juta barel per hari.
Tetapi ekspor minyak mentah Rusia diperkirakan akan tetap stabil karena memangkas produksi kilang-kilang pada April, data dari sumber industri dan perhitungan Reuters menunjukkan pada Jumat (24/3/2023).
Ekspor produk minyak Rusia terpukul lebih keras daripada ekspor minyak mentahnya oleh embargo Uni Eropa baru-baru ini, dengan berton-ton solar terjebak di kapal menunggu pembeli.
Para analis mengatakan stok minyak mentah Rusia telah meningkat sejak September 2022, dan kemungkinan ingin menghindari peningkatan lebih lanjut selama musim pemeliharaan kilang dari Maret hingga Juni.
"Jika Rusia ingin menarik persediaan yang telah dibuatnya, pengurangan produksi mungkin perlu diperpanjang hingga melewati Juni," kata analis di FGE dalam sebuah catatan.
Sementara di Prancis, aksi industrial mengganggu kilang-kilang, mengurangi permintaan minyak mentah dan produksi bahan bakar.
Investor sedang menunggu indeks manajer pembelian manufaktur dan jasa China yang akan dirilis akhir pekan ini untuk isyarat permintaan dari importir minyak mentah utama dunia.
Di AS, rig minyak naik empat menjadi 593 minggu lalu, naik untuk pertama kalinya dalam enam minggu, sementara rig gas tetap stabil di 162, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes Co dalam sebuah laporan.
Baca juga: Dolar naik tipis di Asia karena kekhawatiran krisis perbankan bertahan
Baca juga: Valuasi Twitter jatuh jadi 20 miliar dolar AS
Baca juga: Rupiah merosot di tengah situasi moneter AS yang masih belum stabil
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023