Rejang Lebong, Bengkulu (ANTARA) - Ketua Komisi II DPRD Rejang Lebong Wahono mengatakan tanaman aren merupakan komoditas unggulan daerah ini, karena itu perlu terus dijaga agar tidak punah.

"Setelah tanaman kopi dan aneka sayuran lainnya, tanaman aren jadi unggulan karena bisa diambil buahnya untuk dijadikan kolang-kaling guna memenuhi kebutuhan ekspor," kata Wahono di Rejang Lebong, Minggu.

Karena itu, dia meminta Pemkab Rejang Lebong melalui dinas terkait agar melakukan upaya-upaya untuk melestarikan tanaman aren yang tumbuh di 15 kecamatan wilayah itu, melalui kegiatan peremajaan dan pembagian bibit gratis.

Dia menjelaskan akibat pengambilan buah aren secara besar-besaran juga mempengaruhi produksi air nira yang dihasilkan, sehingga bisa menurunkan produksi gula aren atau gula batok yang dihasilkan Kabupaten Rejang Lebong kedepannya.

Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan (Distankan) Kabupaten Rejang Lebong Zulkarnain mengatakan saat ini Kabupaten Rejang Lebong sudah ada tanaman aren varietas lokal unggulan Semulen ST 1 yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan tanaman aren lainnya.

"Bibitnya saat ini bukan hanya kita sebarkan di wilayah Kabupaten Rejang Lebong tetapi juga ke luar seperti Sulawesi, Aceh, Bandung, Bali dan lainnya. Bibit ini mereka beli ke sini, karena sudah bersertifikat," ujarnya.

Adanya ekspor kolang-kaling dari Kabupaten Rejang Lebong sejak beberapa tahun belakangan, tambah dia, harus dipikirkan keberlanjutan dari tanaman itu sendiri dengan menyiapkan anggaran pembelian bibit untuk peremajaan tanaman aren yang baru bisa dipanen saat berumur tujuh tahun.

"Jangankan dalam kurun waktu tujuh tahun, dalam waktu dua tahun ke depan kita juga agak khawatir. Permasalahan ini sudah lama dipikirkan, tetapi belum dianggarkan karena keterbatasan anggaran daerah. Kami sudah memperbanyak benihnya di kebun induk kita," terangnya.

Untuk program budi daya tanaman ini menurut dia, dapat dilakukan dengan menggunakan dana desa yang diterima masing-masing desa selain mengandalkan anggaran dari pemkab setempat.

Pewarta: Nur Muhamad
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023