Jakarta (ANTARA News) - Candi Brahma, salah satu candi di Kompleks Situs Prambanan, Klaten Jateng mengalami kerusakan paling parah akibat `goncangan` gempa bumi berkekuatan 5,9 Skala Richter (SR) yang melanda Yogyakarta dan sekitarnya, Sabtu. "Kerusakan Candi Brahma paling parah di antara candi-candi lainnya yang mengalami kerusakan akibat gempa itu," kata Direktur Peninggalan Purbakala Departemen Pariwisata, Seni dan Budaya (Deparsenibud), Soeroso kepada ANTARA di Jakarta, Sabtu. Selain candi itu, beberapa candi lainnya yang mengalami kerusakan adalah Candi Plaosan Lor dan Sejiwan. Candi Sejiwan sebenarnya sedang dalam tahap perbaikan, namun kembali berantakan digoyang gempa itu. Candi Brahma sendiri berada di salah satu sisi Candi Lorojongrang yang juga mengalami kerusakan. Rata-rata kerusakan candi di sana adalah patungnya lepas akibat goncangan keras dari gempa yang terjadi pada pukul 05.55 WIB itu. "Candi Brahma harus direhab total karena ada struktur pondasinya yang terbelah. Mau tidak mau harus dibongkar seluruhnya," kata Soeroso. Sementara Candi Plaosan Lor mengalami kerusakan berupa jatuhnya bagian menara candi itu dan terbelah, sedangkan batu-batu candi lainnya juga berceceran di sekitar lokasi candi itu. "Sejak gempa pagi tadi dan kerusakan terjadi di candi itu, kami langsung menutup dari pengunjung dan mengamankan lokasi Prambanan," kata Soeroso yang mengaku pagi itu tengah mempersiapkan "Festival Mahakarya Borobudur 2006". Sebagai langkah awal, lanjut dia, pihaknya langsung melakukan inventarisir kerusakan akibat gempa itu. Namun ia tidak menyebutkan berapa persen kerusakan yang terjadi di candi situs Prambanan dan candi di situs-situs lainnya. "Selain menginventarisir candi, kami juga mengecek jumlah kerusakan di Kantor Konvservasi Purbakala Jateng dan Yogyakarta, kerugian belum bisa kita taksir," katanya. Sementara itu lama waktu merehab candi-candi yang rusak itu menurut Soeroso, masih belum bisa diprediksi. Untuk Candi Brahma sendiri menurut dia akan menghabiskan tidak kurang dari dua tahun. Balum lagi untuk merehab candi-candi di tempat lainnya. "Kami baru mengunjungi sebagian situs candi yang rusak. Belum semuanya," kata Soeroso.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006