Jakarta (ANTARA News) - Menjelang malam tiba, warga korban gempa berkekuatan 5,9 Skala Richter (SR), Sabtu pukul 05.55 WIB di Kota Yogyakarta dihadapkan suasana yang tidak menentu menyusul belum normalnya pasokan air dan aliran listrik sehingga sebagian besar wilayah bencana terancam gelap gulita. Sementara itu data korban terakhir dari Bakorlak PBA melaporkan jumlah korban tewas sebanyak 2.241 orang dengan rincian di Yogyakarta sebanyak 2.281 orang, Klaten (175) dan Boyolali sebanyak tiga orang tewas, Menurut laporan ANTARA dari Yogyakarta, jumlah korban terbanyak yakni di Kabupaten Bantul terutama di Kecamatan Plered. Suasana Sabtu petang di Yogyakarta cukup mencekam, toko dan pusat perbelanjaan tutup, lampu mobil dan motor dinyalakan dan bersliweran membawa korban gempa baik yang luka maupun meninggal dunia dengan serine dan klakson yang bersahutan. Korban sebagian besar dilarikan ke Rumah Sakit DR Sardjito, Bethesa, Panti Rapih. Pasien hingga meluber ke luar koridor ruangan. Sebagian membawa kerabat mereka ke Puskesmas dan poliklinik yang masih berfungsi meskipun dengan peralatan yang sederhana. Sementara itu fasilitas listrik dilaporkan masih normal. Menjalang petang, baru kawasan Maguwo yang dilaporkan sudah mendapat pasokan listrik, sedangkan di kantong-kantong bencana yang parah dipastikan akan dilanda kegelapan pada malam ini. Sementara itu warga masyarakat yang selamat dari rumah mereka yang runtuh sebagian besar memilih tinggal di luar rumah, pinggir jalan dan tanah-tanah lapang dengan mendirikan tenda darurat. Mereka tidak berani berada di dalam rumah dan dihinggapi rasa ketakutan. Kondisi kerusakan bangunan instansi pemerintahan, fasilitas umum dan rumah-rumah penduduk cukup parah. Sepanjang jalur di perbatasan Bantul dan Kota Yogyakarta banyak rumah yang rubuh dan hancur. Sebagian rumah yang masih tegak berdiri bagian genting dan atapnya tidak utuh lagi, berjatuhan dan berserakan karena belum sempat diurus oleh pemiliknya. Sementara itu kondisi kerusakan di bagian Utara Kota Yogyakarta tidak begitu parah, bahkan sebagin masih utuh seperti yang terjadi di kawasan Jalan Kaliutang. Namun demikian warganya tetap memilih tinggal di luar rumah karena khawatir gempa susulan kembali menggoyang Kota Gudeg itu.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006