Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, jatuh 12,10 dolar AS atau 0,61 persen
Chicago (ANTARA) - Harga emas tergelincir pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena aksi ambil untung setelah membukukan kenaikan dua sesi berturut-turut di tengah greenback yang lebih kuat, namun masih meraih kenaikan mingguan keempat beruntun.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, jatuh 12,10 dolar AS atau 0,61 persen menjadi ditutup pada 1.983,80 dolar AS per ounce, setelah menyentuh level tertinggi sesi di 2.006,50 dolar AS dan terendah di 1.977.70 dolar AS.
Emas berjangka melonjak 46,30 atau 2,37 persen menjadi 1.995,90 dolar AS pada Kamis (23/3/2023), setelah terkerek 8,50 dolar AS atau 0,44 persen menjadi 1.949,60 dolar AS pada Rabu (22/3/2023), dan anjlok 41,70 dolar AS atau 2,10 persen menjadi 1.941,10 dolar AS pada Selasa (21/3/2023).
Untuk minggu ini, emas menguat 0,5 persen.
Dolar AS naik pada Jumat (24/3/2023), di tengah melemahnya euro dan pound Inggris, dengan indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,58 persen menjadi 103,1123.
Terlepas dari reli dolar, pelarian investor ke safe havens, terutama emas masih terbukti karena Deutsche Bank Jerman menjadi nama besar terbaru yang terperangkap dalam krisis perbankan AS-ke-Eropa.
Baca juga: Emas melonjak, Fed indikasikan satu kenaikan suku bunga lagi tahun ini
Baca juga: Harga emas terkerek 8,50 dolar AS jelang hasil pertemuan FOMC
Kekhawatiran inflasi yang meningkat juga membuat emas tetap di benak investor meskipun seorang pejabat senior Federal Reserve mengatakan pada Jumat (24/3/2023) bahwa mungkin hanya ada satu lagi kenaikan suku bunga AS dalam siklus kenaikan saat ini.
Presiden Federal Reserve St. Louis, James Bullard mengatakan kepada wartawan pada Jumat (24/3/2023) bahwa Federal Reserve kemungkinan akan perlu menaikkan suku bunga lebih tinggi dari yang diperkirakan,karena respons cepat regulator AS meredakan tekanan di sektor perbankan, sementara ekonomi dan inflasi tetap lebih kuat dari yang diharapkan.
"Harga emas akan tetap didukung di tengah meningkatnya ketidakpastian kebijakan ekonomi AS dan risiko kenaikan inflasi," kata analis BCA Research yang berbasis di Montreal dalam sebuah catatan.
Sementara itu, data ekonomi yang dirilis pada Jumat (24/3/2023) beragam. Indeks aktivitas bisnis jasa-jasa AS dari S&P Global membukukan 53,8 pada Maret, naik dari 50,6 pada Februari untuk menandakan ekspansi yang solid dalam aktivitas bisnis sektor jasa.
Sementara itu, Indeks Manajer Pembelian (PMI) manufaktur AS dari Global S&P berada di 49,3 pada Maret, naik dari 47,3 pada Februari, dan menandakan sedikit penurunan dalam kondisi operasi di seluruh sektor manufaktur selama bulan Maret.
Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa pesanan baru AS untuk barang tahan lama turun satu persen pada Februari menjadi 268,4 miliar dolar yang disesuaikan secara musiman.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Mei naik 8,30 sen atau 0,36 persen, menjadi ditutup pada 23,339 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April tergelincir 9,0 dolar atau 0,91 persen, menjadi menetap pada 983,90 dolar AS per ounce.
Baca juga: Emas jatuh karena ambil untung, Fed akan tetap keras lawan inflasi
Baca juga: Emas tembus 2.000 dolar karena kekhawatiran perbankan global berlanjut
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023