Jakarta (ANTARA) - Kepala Kebijakan Misinformasi Meta Asia Pasifik Alice Budisatrijo mengatakan bahwa Meta memiliki tiga strategi untuk mengatasi misinformasi di Facebook yang dapat disingkat antara lain “hapus, kurangi, dan informasikan”.
Alice mengingatkan bahwa saat ini Facebook mempunyai 2 miliar pengguna aktif harian di seluruh dunia. Dengan keragaman konten yang diunggah 2 miliar pengguna setiap harinya, ini tetap menyimpan potensi adanya misinformasi membahayakan yang disebarkan pengguna.
“Satu hal yang tidak berubah dari Facebook, dari Meta, adalah komitmen kami untuk memberantas disinformasi. Bagaimana kami menjaga platform-platform kami supaya lebih aman untuk anggota kami,” kata Alice dalam diskusi media di Jakarta, Jumat.
Alice mengingatkan bahwa Meta tidak berarti menurunkan “semua” misinformasi, salah satunya mengingat Meta merupakan perusahaan teknologi media sosial yang tidak memiliki otoritas untuk menentukan kebenaran.
Baca juga: AI punya peran penting untuk berantas misinformasi dan disinformasi
Namun begitu, beberapa jenis konten yang mengandung misinformasi bisa diturunkan (take down) atau dihapus dengan segera seperti misinformasi yang bisa membahayakan, video yang dimanipulasi atau deepfake, gangguan pemilih dalam pemilu, serta pelanggaran lain mengacu pada standar komunitas yang ditetapkan Meta.
Selain strategi “hapus”, Meta menjalankan strategi untuk mengurangi distribusi konten yang ditandai sebagai misinformasi oleh mitra pemeriksa fakta secara signifikan sehingga lebih sedikit orang yang melihatnya.
Halaman dan domain yang berulang kali menyebarkan misinformasi juga diturunkan distribusinya, termasuk kemampuannya untuk menghasilkan uang dan beriklan akan dihapus. Meta juga mengurangi distribusi konten berisi spam dan clickbait yang berpotensi mengandung misinformasi.
Strategi terakhir yaitu terkait dengan “informasikan”, hal ini berarti Meta mengupayakan untuk menginformasikan kepada pengguna dengan memberikan lebih banyak konteks. Dengan begitu pengguna dapat memutuskan sendiri apa yang harus dibaca, dipercaya, dan dibagikan.
Strategi “informasikan” dilakukan Meta melalui kehadiran beberapa fitur, salah satunya yaitu tombol konteks yang mencakup detail penting seperti kapan artikel pertama kali dibagikan, kapan penerbit mendaftar di Facebook, dan tautan ke cerita lain dari penerbit.
Terkait permasalahan misinformasi, Meta mengatakan pihaknya juga berinvestasi dalam berbagai program untuk mengatasi masalah literasi digital dan berita. Ini juga termasuk program asah digital yang hadir di Indonesia dengan tujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat untuk lebih bertanggung jawab ketika berinteraksi di dunia daring serta memahami bagaimana seharusnya menyikapi ketika mendapatkan berita misinformasi.
Baca juga: Indonesia-Australia sepakat perangi misinformasi dan disinformasi
Baca juga: Facebook fokus pada AI, kreator dan layanan pesan di Indonesia
Baca juga: Instagram tampilkan iklan di hasil pencarian
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023