Jakarta (ANTARA) - Kepala Kebijakan Misinformasi APAC, Meta, Alice Budisatrijo mengatakan bahwa teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligent/AI) memiliki peranan penting untuk memberantas hingga memitigasi misinformasi dan disinformasi yang beredar di platform media sosial dalam hal ini platform milik Meta.
“Penting sekali, ya, saya rasa AI itu karena, again skala kami yang sangat besar dengan pengguna lebih dari 2 miliar, ratusan juta konten di-posting setiap hari, tidak mungkin kami cuma mengandalkan reviewers ataupun pemeriksa fakta yang tentunya manusia,” kata Alice saat diskusi media di Jakarta, Jumat.
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa kehadiran AI dapat membantu untuk mendeteksi potensi misinformasi dan disinformasi dengan melatih machine learning yang mempelajari konten-konten yang dilaporkan oleh pengguna.
Baca juga: Meta bersiap membuat media sosial tandingan Twitter
Namun, proses pendeteksian tidak berhenti pada titik itu saja. Diperlukan pula peran pihak ketiga yaitu pemeriksa fakta untuk mengecek lebih jauh mengenai konten yang diduga mengandung misinformasi dan disinformasi tersebut.
Terkait pemeriksa fakta, Meta telah bekerja sama dengan 90 mitra di seluruh dunia dan enam di antaranya di Indonesia seperti dari Kompas, Liputan6.com, Tirto, Mafindo, dan seterusnya. Mitra pemeriksa fakta ini telah disertifikasi melalui Jaringan Pemeriksa Fakta Internasional yang independen dan tidak memihak.
“Kalau pengguna melaporkan konten, itu sangat berguna untuk melatih AI kami. Tapi itu bukan satu-satunya signal yang kami punya,” ujar Alice.
“Jadi benar kami terus mengimbau semua pengguna Facebook untuk melaporkan konten kalau mereka melihat apa yang melanggar kebijakan Facebook ataupun misinformasi. Tapi ada cara-cara lain juga. Artikel cek fakta dari pemeriksa fakta itu melatih AI kami untuk bisa lebih mengenali disinformasi,” jelas dia.
Alice menekankan bahwa Meta memiliki komitmen untuk memberantas disinformasi. Upaya ini dilakukan demi menjaga platform-platform milik Meta agar lebih aman untuk para penggunanya.
Oleh sebab itu, Meta juga mengedepankan tiga strategi untuk mengatasi misinformasi yang membahayakan yaitu “hapus, kurangi, dan informasikan”. Beberapa bagian dari strategi ini menjadi program pemeriksaan fakta oleh mitra pihak ketiga yang bekerja sama dengan Meta.
Baca juga: Facebook fokus pada AI, kreator dan layanan pesan di Indonesia
Baca juga: Instagram tampilkan iklan di hasil pencarian
Baca juga: AnyMind dukung keterlibatan pelanggan melalui Meta Messenger
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023