Jember, Jawa Timur (ANTARA) - Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) yang juga Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengimbau petani di Kabupaten Jember, Jawa Timur untuk mewaspadai ancaman krisis air dalam mengelola lahan pertanian.
"Kita ini menghadapi ancaman krisis air. Dunia juga akan menghadapinya. Untuk itu sumber air ditata dan kelola dengan baik, sehingga para petani juga tetap guyub rukun dan harus bersiap menghadapi krisis apa pun," katanya saat menghadiri panen raya padi di Desa Lojejer, Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember, Jumat.
Mengacu pada pesan Presiden Joko Widodo, lanjut dia, intensifikasi akan memotong masa tanam sekaligus meningkatkan hasil panen, sehingga kesejahteraan petani akan membaik.
"Saya datang ke Jember pada acara panen raya padi untuk melihat langsung keberhasilan panen melalui teknologi intensifikasi pertanian," tuturnya.
Moeldoko juga mengimbau kepada para petani menggunakan pupuk berimbang dan pupuk organik agar tanahnya menjadi gembur dan bisa menghasilkan produksi padi yang meningkat.
Sejak setahun terakhir, ladang pertanian seluas 500 hektare di desa Lojejer ditanami bibit padi super M70D dan masyarakat desa tersebut telah membuktikan hasil panen bibit M70D mencapai 9 ton per hektare, sehingga jauh di atas rata-rata hasil panen padi di Indonesia yang menghasilkan 5,7 ton per hektare.
"Bibit padi M70D juga sudah bisa dipanen di usia 75 hari, padahal usia padi rata-rata di Indonesia masih di atas 90 hari," kata Direktur M-Tani yang menghasilkan bibit M70D, Sugeng Widodo di Jember.
Sementara Sekretaris Kabupaten Jember Arief Tjahjono mengatakan bahwa daerahnya merupakan wilayah dengan hamparan lahan pertanian terluas nomor 3 di Indonesia dengan total 86.000 hektare.
"Namun, produktivitas pertanian di Jember masih kalah jika dibandingkan Kabupaten Ngawi yang sama-sama ada di Jawa Timur, padahal luasan lahan di sana tidak sebesar di Jember," katanya.
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023