Saat ini bayi tapir berada di kandang transit satwa BBKSDA Riau untuk dirawat dan menjalani rehabilitasi secara intens oleh tim medis, sebelum nantinya dinyatakan layak untuk dilepasliarkan
Pekanbaru, (ANTARA) - Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Riau mengevakuasi seekor bayi tapir (Tapirus Indicus) dari Desa Gunung Melintang, Kecamatan Kuantan Hilir, Kabupaten Kuantan Singingi, yang ditemukan warga terperangkap dalam lubang.
Kepala BBKSDA Riau, Genman S Hasibuan melalui Kepala Bidang KSDA Wilaya I, Andri Hansen Siregar, Jumat mengatakan pihaknya menerima laporan dari warga pada Rabu (22/3) dan menurut keterangan warga tersebut diduga anak tapir ditinggal oleh induknya.
"Seorang warga bernama Tompul menyelamatkan dan membawa ke rumahnya untuk dirawat sementara. Setelah seminggu merawat anak tapir tersebut, kemudian dilaporkan kepada petugas Balai Taman Nasional Tesso Nilo yang meneruskan informasi tersebut ke BBKSDA Riau," katanya.
Petugas BBKSDA Riau bersama petugas Balai Taman Nasional (TN) Tesso Nilo kemudian esok harinya mengevakuasi anakan tapir itu. Petugas membawanya ke kandang transit satwa BBKSDA Riau di Pekanbaru untuk pemeriksaan oleh tim medis.
Baca juga: Tapir terluka di Kuantan Singing diselamatkan tim BBKSDA Riau
Setelah diperiksa, dapat diketahui bahwa tapir ini berjenis kelamin betina dengan usia sekitar tiga bulan dan masih menyusu dan kondisi fisik agak kurus, namun dalam keadaan sehat dan masih menunjukkan tanda-tanda yang normal.
"Saat ini bayi tapir berada di kandang transit satwa BBKSDA Riau untuk dirawat dan menjalani rehabilitasi secara intens oleh tim medis, sebelum nantinya dinyatakan layak untuk dilepasliarkan," ungkap Andri.
Lebih lanjut dia mengucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat Desa Gunung Melintang atas upaya penyelamatan bayi tapir yang ditinggal induknya.
Dia menyampaikan tapir menjadi salah satu satwa langka dan dilindungi di Indonesia. Pasalnya International Union for Conservation of Nature (IUCN) sejak tahun 2008 telah menyatakan bahwa spesies satwa ini terancam punah.
"Sehingga diperlukan berbagai upaya konservasi untuk mempertahankan keberadaannya, terutama dalam hutan-hutan alam yang menjadi habitat aslinya," kata Andri.
Baca juga: BKSDA evakuasi tapir betina terjerat di Minas Kabupaten Siak
Pewarta: Bayu Agustari Adha
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023