Ketika datang menjelang bulan Ramadhan, warga lokal juga tampak memadati pasar itu

Lusail, Qatar (ANTARA) - Tidak ada cara yang lebih baik mengenal suatu negara kecuali dimulai dengan mengetahui sepenggal sejarahnya dan terjun ke tempat-tempat favorit masyarakat lokal. Begitu juga ketika berkunjung ke Qatar, salah satu negara di Timur Tengah yang kini semakin dikenal dunia karena sukses menjadi penyelenggara Piala Dunia pada 2022.

Berbicara soal Qatar, sebuah negara yang berbatasan dengan Arab Saudi dan Bahrain, kebanyakan orang mengasosiasikannya dengan Doha yang merupakan ibu kota sekaligus kota terbesarnya. Doha dan Kota Lusail yang berada di dekatnya sering dikenang dengan cakrawala gedung-gedung pencakar langit, sebuah daya tarik wisata modern menarik ekspatriat untuk bekerja dan pelancong yang ingin berwisata belanja.

Namun, di balik menara-menara tinggi tersebut, Qatar menyimpan pesona lain yang bisa ditemukan lewat beragam museum yang menuturkan kisah-kisah masa lalu negara yang dipimpin Emir Qatar Sheik Tamim bin Hamad Al Thani itu. Terdapat juga pasar-pasar tradisional yang dipertahankan secara asri dan dipenuhi baik turis maupun warga lokal.

Bagi yang menyukai seni, terdapat pula instalasi-instalasi unik yang berada di berbagai lokasi di Qatar, termasuk sebuah karya oleh Olafur Eliasson yang berada di tengah gurun.

Baca juga: Saloona, gulai rumahan yang kini bermunculan di menu restoran Qatar

Turis asing mengunjungi Museum of Islamic Art di kota Doha, Qatar pada Senin (21/3/2023) (ANTARA/Prisca Triferna)

Menggali sejarah

Tidak ada hal lebih baik selain memulai perjalanan dengan mereka yang berasal dari negara yang kita tuju. Demikian juga ketika melancong ke Qatar. Perjalanan akan terasa lebih menyenangkan ketika menggunakan maskapai nasionalnya, Qatar Airways.

Terbang dari Jakarta menuju Doha terasa lebih spesial dengan pengalaman dan layanan memuaskan diberikan oleh maskapai itu. Baik ketika berada di udara dengan sajian makanan dan minuman lezat, maupun ketika berada di darat dengan Al-Maha Services, yang memberikan kemudahan bagi turis ketika tiba di Bandara Internasional Hamad bahkan sampai keluar dari imigrasi.

Setibanya di Doha, pelancong dapat memulai perjalanan mereka baik dengan menggunakan transportasi umum maupun kendaraan yang lebih privat seperti taksi.

Tak kenal maka tak sayang, perjalanan menjelajah Qatar dapat dimulai dengan menyambangi beberapa museum mereka yang dipenuhi oleh berbagai koleksi menakjubkan. Wisatawan dapat memulainya dengan National Museum of Qatar di Doha yang dikelola oleh Qatar Museums, badan milik pemerintah Qatar.

Baca juga: KBRI Doha gelar malam apresiasi volunteer Piala Dunia asal Indonesia

Museum itu memiliki bentuk yang unik. Dirancang dengan bentuk kristal mawar gurun, batu dengan bentuk kelopak mawar yang biasanya dapat ditemukan di gurun. Koleksi yang dipamerkan di museum tersebut tidak kalah unik, dibagi dalam beberapa galeri dimulai kisah zaman pra-sejarah termasuk fosil hewan yang hidup sekitar 550 juta tahun silam, ketika lempeng Arab mulai terbentuk.

Dipamerkan juga beberapa satwa khas yang hidup di tanah yang kini disebut sebagai Qatar, termasuk oryx yang menjadi simbol ikonik dari Qatar Airways.

Galeri kemudian berlanjut ke area pra-besi dalam bentuk pameran berbagai bentuk tembikar, koin dan perhiasan yang ditemukan di beberapa desa kuno.

Yang unik, Indonesia juga muncul sebagai bagian dari sejarah yang dituturkan lewat koleksi museum nasional Qatar itu. Salah satunya yaitu barang-barang bersejarah yang berhasil ditemukan dari Cirebon Wreck, julukan untuk perabot, emas, perak, batu-batu dan keramik berharga yang berhasil diselamatkan dari sebuah kapal karam pada 970 Masehi di pesisir Pulau Jawa dekat Kota Cirebon.

Banyak objek yang ditemukan dari Cirebon Wreck tersebut memiliki kesamaan dengan barang bersejarah yang ditemukan di Desa Murwab di Qatar, sebuah desa bersejarah yang berdiri pada sekitar tahun 800 Masehi. Peninggalan itu membuktikan perdagangan sudah dilakukan sejak zaman tersebut.

Baca juga: KBRI Doha gelar pameran budaya Minang di Qatar

Museum itu juga memiliki koleksi baju-baju tradisional yang digunakan di Qatar sampai dengan berbagai benda bersejarah yang memiliki tempat sendiri di dalam catatan sejarah Qatar modern.

Tempat lain yang perlu dikunjungi bagi mereka yang ingin mengenal lebih baik Qatar adalah Museum of Islamic Art atau yang dikenal sebagai MIA. Terletak di jantung kota Doha, museum itu memiliki ribuan koleksi yang menggiring pengujung untuk mengetahui latar belakang seni Timur Tengah dari berbagai wilayah, termasuk Indonesia.

Dimulai dari galeri pertama yang memperlihatkan perkembangan kaligrafi Islam, museum itu juga memiliki berbagai koleksi yang berasal dari Indonesia termasuk Al-Qur’an kuno abad ke-19 yang berasal dari Jawa sampai dengan songket, kain tradisional khas Sumatera Selatan.

Pameran koleksi artefak di MIA itu sendiri merupakan bagian dari program Qatar-Indonesia 2023 Year of Culture, sebuah program pertukaran budaya kedua negara yang diadakan Qatar setiap tahun dengan berbagai negara mitra. Tahun ini, Indonesia dan Qatar akan bekerja sama dalam pertukaran budaya dalam bentuk seni, pameran, olahraga, kuliner dan berbagai kegiatan lain.

Qatar juga tengah mempersiapkan museum baru yaitu Art Mill Museum yang rencananya akan dibuka pada 2030. Sebuah pabrik tepung yang dikonversi menjadi museum yang menampilkan berbagai bentuk karya seni modern oleh seniman-seniman internasional.

Lorong di Souq Waqif, salah satu pasar tradisional utama di kota Doha, Qatar, Minggu (19/3/2023) (ANTARA/Prisca Triferna)

Mengenal budaya lokal

Jika pergi ke sebuah negara, salah satu hal yang bisa dilakukan adalah bertemu dan bergaul dengan warga asli. Di Qatar, wisatawan dapat melakukannya di pasar-pasar tradisional yang ramai tidak hanya oleh wisatawan tapi juga masyarakat sekitar.

Souq Waqif adalah salah satu lokasi yang perlu dikunjungi pelancong yang ingin merasakan perpaduan warisan budaya, tradisi, dan peradaban modern di kota Doha. Di dalamnya dapat ditemukan berbagai pedagang yang menjajakan barang mereka, mulai dari kebutuhan sehari-hari seperti bumbu masak hingga cenderamata untuk turis.

Baca juga: Qatar tertarik potensi kopi Sulsel

Ketika datang menjelang bulan Ramadhan, warga lokal juga tampak memadati pasar itu untuk berbelanja berbagai kebutuhan rempah-rempah yang digunakan untuk memasak.

Jalan-jalannya juga dipenuhi dengan berbagai kafe dan restoran yang kebanyakan menyajikan makanan khas Qatar dan Timur Tengah seperti machboos.

Untuk wisatawan, Souq Waqif juga menyediakan berbagai barang-barang yang dapat dijadikan oleh-oleh seperti gantungan kunci dan pajangan sampai dengan porselen yang dihias dengan motif tradisional Qatar. Jika beruntung, Anda juga dapat bertemu dengan pasukan tradisional berkuda yang berkeliling pasar itu untuk memastikan keamanan.

Bagi yang ingin mengenal kebudayaan lokal lebih dekat dapat mengunjungi Embrace Doha, sebuah rumah budaya yang terletak di Souq Al Wakra di Kota Al Wakra, sekitar 20 menit dari Doha.

Wisatawan dapat mengetahui berbagi macam kebudayaan Qatar di rumah budaya itu, mulai dari etika upacara minum kopi, cara bersalaman ala lokal hingga mencoba pakaian khas Qatar seperti abaya yang banyak digunakan perempuan Qatar.

Di Embrace Doha, wisatawan juga dapat menikmati sajian lengkap menu-menu khas Qatar. Mulai dari makanan utama seperti saloona dan machboos sampai dengan kudapan seperti luqaimat.

Baca juga: Majboos, hidangan nasional yang wajib dicicipi di Qatar

Pengunjung melihat instalasi seni karya Olafur Eliasson di gurun wilayah Al Shamal, Qatar, Minggu (19/3/2023) (ANTARA/Prisca Triferna)


Wisata di gurun

Berbicara tentang negara Timur Tengah, belum lengkap kalau belum pergi menikmati wisata di gurun. Untuk Qatar, beberapa lokasi penuh daya tarik yang bisa dikunjungi termasuk situs arkeologi Al Zubarah yang berada di Al Shamal, sekitar 100 kilometer dari Doha.

Di Al Zubarah, pengunjung dapat mengunjungi sebuah kota kuno dari pertengahan abad 18 yang pernah menjadi pusat perdagangan mutiara dan Benteng Zubarah dibangun pada 1938 untuk menjaga pesisir.

Pengunjung juga dapat menikmati pemandangan pesisir yang menghadap Teluk Arab, menghasilkan cakrawala unik perpaduan antara gurun dan laut yang biru.

Situs Arkeologi Al Zubarah sendiri telah ditetapkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO pada 2013.

Tidak jauh dari situs arkeologi bersejarah, terdapat instalasi seni modern karya seniman Denmark Islandia, Olafur Eliasson berjudul "Shadows travelling on the sea of the day" yang mulai dipasang pada 2022.

Instalasi itu berbentuk 20 paviliun berbentuk lingkaran, tiga cincin tunggal dan dua cincin ganda raksasa yang dibuat dari besi.

Sebuah instalasi seni unik di tengah gurun tersebut memberikan kontras sekaligus membentuk harmoni, bagaimana gurun yang menjadi rumah bagi penggembala unta dapat pula menjadi panggung untuk karya seni modern.

Baca juga: Gelaran Qatar-Indonesia Year of Culture wujud dukungan pemajuan budaya

Baca juga: Indonesia jadi tamu kehormatan "Qatar International Food Festival"

Baca juga: Jelang Ramadhan, pertukaran budaya Indonesia-Qatar digelar

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2023