Moskow (ANTARA) - Rubel Rusia melemah pada awal perdagangan Rabu, menjelang dua lelang obligasi pemerintah, di bawah tekanan dari harga minyak yang lebih rendah dan karena investor menunggu keputusan kebijakan Federal Reserve AS.
Pada pukul 07.40 GMT, rubel tergelincir 0,2 persen terhadap dolar menjadi diperdagangkan di 76,84 dan telah kehilangan 0,2 persen untuk diperdagangkan di 82,73 versus euro, sebelumnya memotong level terendah 11 bulan di 82,9650.
Rubel menguat 0,2 persen terhadap yuan menjadi diperdagangkan di 11,14, memperpanjang kenaikan sesi sebelumnya setelah pertemuan puncak Moskow antara presiden Vladimir Putin dan Xi Jinping di mana peningkatan peran mata uang China dalam ekonomi Rusia dibahas.
Minyak mentah Brent, patokan global untuk ekspor utama Rusia, turun 0,8 persen menjadi diperdagangkan di 74,7 dolar AS per barel.
Harga minyak yang lebih rendah merugikan rubel karena menciptakan risiko aliran masuk mata uang asing yang lebih rendah dari ekspor Rusia. Penghindaran risiko umum juga berperan, dengan ketidakpastian geopolitik dan sanksi Barat terhadap ekspor energi Rusia membatasi ruang rubel untuk menguat.
Kementerian Keuangan Rusia akan mengadakan dua lelang obligasi OFZ pada Rabu.
Perhatian investor secara global terfokus pada apakah Fed akan tetap pada jalur hawkish-nya untuk melawan inflasi yang kokoh atau menghentikan kenaikan suku bunga mengingat masalah baru-baru ini di antara bank-bank yang termasuk kebangkrutan dan penyelamatan di menit-menit terakhir.
Indeks saham Rusia lebih rendah. Indeks RTS berdenominasi dolar turun 0,7 persen menjadi diperdagangkan di 976,5 poin. Indeks MOEX Rusia berbasis rubel diperdagangkan 0,6 persen lebih rendah pada 2.382,8 poin.
Baca juga: Dolar stabil di sesi Asia, investor tunggu keputusan suku bunga Fed
Baca juga: Yuan berbalik menguat 48 basis poin menjadi 6,8715 terhadap dolar AS
Baca juga: Wall Street berakhir naik tajam jelang keputusan Federal Reserve
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023