Houston (ANTARA) - Harga minyak naik lebih dari dua persen pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), memperpanjang kenaikan dan menjauh dari level terendah 15 bulan pada hari sebelumnya.
Penyelamatan Credit Suisse meredakan kekhawatiran krisis perbankan yang akan mengganggu pertumbuhan ekonomi dan memangkas permintaan bahan bakar.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April terangkat 1,69 dolar AS atau 2,5 persen, menjadi menetap di 69,33 dolar per barel di New York Mercantile Exchange. Minyak mentah Brent untuk pengiriman Mei bertambah 1,53 dolar atau 2,07 persen menjadi ditutup pada 75,32 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
"Kami melewati lebih dari 24 jam tanpa kegagalan bank dan itu membuat harga minyak naik," Phil Flynn, analis senior di The PRICE Futures Group, mengatakan dalam sebuah catatan pada Selasa (21/3/2023).
Pasar keuangan menjadi tenang setelah pengambilalihan Credit Suisse. Kekhawatiran bahwa pemberi pinjaman regional AS First Republic Bank berada di tepi jurang juga surut karena para bankir lain mengerjakan rencana untuk menopang bank bersama dengan infus tunai sebesar 30 miliar dolar AS.
Langkah-langkah untuk menstabilkan sektor perbankan, termasuk pengambilalihan Credit Suisse oleh UBS dan janji dari bank-bank sentral utama untuk meningkatkan likuiditas, telah meredakan kekhawatiran tentang sistem keuangan yang mengguncang pasar minggu lalu.
"Ketakutan akan krisis perbankan dan resesi telah mereda, mencerahkan prospek permintaan minyak setidaknya untuk saat ini," kata Fiona Cincotta, Analis Pasar Keuangan Senior di City Index.
Pada Senin (20/3/2023), kedua harga acuan berakhir sekitar 1,0 persen lebih tinggi setelah jatuh ke level terendah sejak Desember 2021, dengan WTI tenggelam di bawah 65 dolar AS pada satu titik. Pekan lalu, mereka turun lebih dari 10 persen karena krisis perbankan semakin dalam.
"Sentimen 'risiko kembali' tampaknya kembali ke minyak mentah, karena aksi jual terbaru mungkin telah dibesar-besarkan likuidasi," kata Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial.
Para pedagang juga menunggu data stok minyak mentah AS karena Badan Informasi Energi AS akan merilis laporan status minyak mingguannya pada Rabu waktu setempat.
Federal Reserve AS memulai pertemuan kebijakan moneternya pada Selasa (21/3/2023). Pasar memperkirakan kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin, turun dari ekspektasi sebelumnya sebesar 50 basis poin. Beberapa pengamat bank sentral terkemuka mengatakan The Fed dapat menghentikan kenaikan suku bunga lebih lanjut atau menunda rilis proyeksi ekonomi baru.
Indeks Wall Street juga ditutup naik tajam pada Selasa (21/3/2023) karena kekhawatiran atas likuiditas di sektor perbankan mereda dan pelaku pasar mengamati The Fed.
Sementara itu, persediaan minyak mentah naik sekitar 3,3 juta barel pekan lalu, menurut sumber pasar mengutip angka American Petroleum Institute (API).
Pertemuan para menteri OPEC+, yang termasuk anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak ditambah Rusia dan sekutu lainnya, dijadwalkan pada 3 April. Sumber OPEC+ mengatakan kepada Reuters bahwa penurunan harga mencerminkan ketakutan perbankan daripada penawaran dan permintaan.
Manajer dana lindung nilai Pierre Andurand setuju bahwa penurunan harga terbaru bersifat spekulatif dan tidak didasarkan pada fundamental. Dia memperkirakan minyak akan mencapai 140 dolar AS per barel pada akhir tahun.
CEO pedagang energi Gunvor, Torbjorn Tornqvist, mengatakan dia memperkirakan harga minyak akan bergerak lebih tinggi menjelang akhir tahun karena meningkatnya permintaan China semakin memperketat pasar.
Baca juga: Minyak stabil di Asia, kesepakatan bank redakan beberapa kekhawatiran
Baca juga: Minyak "rebound" setelah aksi jual pekan lalu karena kekhawatiran bank
Baca juga: Minyak anjlok tertekan kekhawatiran bank, kemungkinan bunga Fed naik
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023