Semarang (ANTARA News) - Petugas jaga di Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta belum bisa menyebutkan kekuatan gempa secara pasti karena alat untuk mengukur kekuatan gempa tersebut roboh.
Dia memperkirakan gempa yang terjadi di wilayah Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta, Sabtu pagi pukul 05.55 WIB, masuk katagori gempa tektonik.
"Kami belum bisa mengetahui. Alat kami roboh," kata petugas jaga BPPTK Yogyakarta ketika dihubungi dari Semarang.
Pada saat bersamaan, Gunung Merapi di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta kembali meluncurkan awan panas berskala besar.
Wartawan ANTARA News dari Magelang Sabtu pagi melaporkan, sebelum Merapi meluncurkan awan panas "raksasa" tersebut, didahului dengan gempa yang diperkirakan berskala 5,6 richter. Getaran gempa ini terasa hingga di Solo, Karanganyara, Bantul, dan Semarang.
Gempa disertai awan panas besar tersebut menyebabkan warga sekitar Merapi berhamburan keluar rumah, karena panik atas aktivitas gunung berapi paling aktif di dunia ini.
Dilaporkan pula, aliran listrik PLN di sekitar Merapi langsung padam setelah gempa dan luncuran awan panas atau biasa disebut "wedhus gembel" keluar dari puncak Merapi.
Belum diketahui apakah luncuran awan panas tersebut menyebabkan korban jiwa atau tidak.
Sementara itu, warga di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Sabtu sekitar pukul 06.30 WIB juga merasakan getaran tersebut, namun belum mengetahui sumber getaran itu.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006