Baca juga: Waspadai paru-paru bermasalah dari peringatan tubuh berikut ini
Kerja sama ini menggabungkan sebuah paket produk Illumina dan uji GenoScreen Deeplex® Myc-TB. Hal ini akan membantu memajukan strategi World Health Organization (WHO) untuk mengakhiri tuberkolosis.
"Melalui kemitraan ini, kami akan membantu negara-negara berpendapatan rendah untuk menghadapi ancaman TB yang semakin meluas dan berupaya untuk memberantasnya," ujar Chief medical officer Illumina Phil Febbo dalam keterangan yang diterima ANTARA, Senin.
Penanganan pandemi COVID-19 telah meningkatkan kapasitas NGS di seluruh dunia, sehingga saat ini berbagai institusi memiliki platform yang diperlukan untuk mendukung pengujian resistensi obat TB dan meningkatkan kelangsungan hidup pasien TB, penyebab utama kematian akibat penyakit menular sebelum COVID.
Menurut WHO, TB merupakan salah satu penyakit menular yang mematikan di dunia disebabkan oleh infeksi bakteri dan telah merenggut lebih dari 1,5 juta nyawa setiap tahunnya. Meskipun TB dapat disembuhkan bila diobati dengan tepat, TB-Resistan Obat (TB-RO) masuk dalam kategori darurat kesehatan bagi masyarakat di seluruh dunia.
Baca juga: Lima cara agar terhindar dari tuberkolosis
Peningkatan penderita resistan obat di tahun 2020 dan 2021 menunjukkan suatu keadaan darurat kesehatan masyarakat secara global. Diperkirakan ada 450.000 orang yang menderita TB resisten terhadap antibiotik rifampicin atau rifampicin resistance (RR), namun hanya 30 persen dari kasus yang terdeteksi, terdaftar dalam pengobatan TB-RO.
Lebih lanjut, akibat dari pandemi COVID-19 pada tahun 2020, kematian akibat TB meningkat untuk pertama kalinya dalam satu dekade terakhir.
"Sebagai ahli dalam solusi genomik TB global, kami percaya kemitraan dengan Illumina akan mempercepat penyebaran global uji Deeplex Myc-TB kami, terutama untuk negara-negara yang paling membutuh," ujar CEO GenoScreen André Tordeux.
Kementerian Kesehatan Indonesia mencatat bahwa per 2 Januari 2023, terdapat 969.000 kasus TB aktif di Indonesia, dengan 301 kasus TB per 100.000 penduduk, dan angka kematian 34 orang per 100.000 penduduk. Dari jumlah tersebut, kasus TB-RO yang dapat dideteksi hanya 40 persen. Sisanya yang 60 persen masih menjadi 'masalah laten' dan menghambat pemerintah untuk mencapai target eliminasi kasus yakni 65 per 100.000 penduduk pada tahun 2030.
Dengan demikian meningkatkan infrastruktur untuk memiliki teknologi deteksi resistensi obat TB yang ekstensif sangatlah penting. Karena gejala TB RO tidak berbeda dengan TB biasa, mendeteksi pasien yang tidak responsif terhadap pengobatan menjadi satu-satunya cara.
Baca juga: Setiap Empat Menit Satu Meninggal Akibat Tuberkulosis
Baca juga: 104 penelitian soal tuberkolosis dipresentasikan di "Ina Time 2020"
Baca juga: Kolaborasi global lawan tuberkolosis ditunjukkan di forum G20 dan G7
Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2023