Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) melaporkan Posisi Investasi Internasional (PII) Indonesia pada kuartal IV 2022 menurun dengan kewajiban neto 252,2 miliar dolar AS atau setara 19,1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resminya di Jakarta, Senin, mengatakan PII Indonesia tersebut merosot dibandingkan dengan kewajiban neto pada akhir kuartal III 2022 sebesar 262,6 miliar dolar AS atau setara 20,1 persen dari PDB.
Penurunan kewajiban neto tersebut berasal dari peningkatan posisi Aset Finansial Luar Negeri (AFLN) yang lebih besar dari peningkatan posisi Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN).
Posisi AFLN Indonesia kuartal IV 2022 meningkat, dikontribusikan oleh kenaikan seluruh komponen AFLN. Posisi AFLN akhir kuartal IV 2022 tercatat sebesar 449,8 miliar dolar AS, naik 3,2 persen quarter to quarter (qtq), dari 435,8 miliar dolar AS pada akhir kuartal sebelumnya.
Seluruh komponen AFLN mengalami peningkatan posisi, dengan peningkatan terbesar pada aset cadangan devisa, investasi langsung, dan investasi lainnya. Peningkatan posisi AFLN disumbang oleh peningkatan penempatan aset maupun harga aset pada negara penempatan.
Sementara posisi KFLN Indonesia kuartal IV 2022 meningkat seiring dengan aliran masuk investasi langsung dan peningkatan nilai instrumen keuangan domestik.
Posisi KFLN Indonesia naik 0,5 persen (qtq) dari 698,4 miliar dolar AS pada akhir kuartal III 2022 menjadi 702,1 miliar dolar AS pada akhir kuartal IV 2022.
Erwin menuturkan peningkatan kewajiban tersebut bersumber dari aliran masuk investasi langsung yang tetap solid, sejalan dengan optimisme investor terhadap prospek ekonomi dan iklim investasi domestik yang terjaga.
Selain itu, peningkatan KFLN juga dipengaruhi oleh pelemahan nilai tukar dolar AS terhadap mayoritas mata uang global dalam triwulan laporan, sehingga mendorong kenaikan nilai instrumen keuangan domestik.
Secara keseluruhan 2022, PII Indonesia mencatat penurunan kewajiban neto dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2021. Kewajiban neto PII Indonesia turun dari 277,4 miliar dolar AS atau setara 23,4 persen dari PDB pada akhir 2021 menjadi 252,2 miliar dolar AS atau setara 19,1 persen dari PDB pada akhir 2022.
Penurunan kewajiban neto PII tersebut ditopang oleh peningkatan posisi AFLN sebesar 18,8 miliar dolar AS dan penurunan posisi KFLN sebesar 6,4 miliar dolar AS. Peningkatan posisi AFLN terutama berasal dari penempatan aset investasi langsung, investasi portofolio, dan investasi lainnya.
Sedangkan penurunan posisi KFLN terutama disebabkan oleh aliran keluar investasi portofolio seiring dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat serta penguatan nilai tukar dolar AS terhadap mayoritas mata uang global, termasuk rupiah, sehingga turut mempengaruhi nilai instrumen keuangan domestik.
BI memandang perkembangan PII Indonesia pada kuartal IV 2022 dan keseluruhan tahun 2022 tetap terjaga serta mendukung ketahanan eksternal. Hal itu tercermin dari rasio PII Indonesia terhadap PDB 2022 yang tetap terjaga di kisaran 19,1 persen, lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2021 sebesar 23,4 persen.
Selain itu, struktur kewajiban PII Indonesia juga didominasi oleh instrumen berjangka panjang (93,8 persen) terutama dalam bentuk investasi langsung.
Ke depan, BI meyakini kinerja PII Indonesia akan tetap terjaga sejalan dengan upaya pemulihan ekonomi nasional pascapandemi COVID-19 yang didukung sinergi bauran kebijakan BI dan Pemerintah, serta otoritas terkait lainnya.
"Bank Indonesia akan tetap memantau potensi risiko terkait kewajiban neto PII terhadap perekonomian," ujar Erwin.
Baca juga: Komisi XI DPR RI setujui Perry Warjiyo jabat kembali Gubernur BI
Baca juga: BI yakini kebangkrutan bank di AS tidak berdampak besar ke Tanah Air
Baca juga: BI menyiapkan uang tunai Rp195 triliun untuk Ramadhan-Idul Fitri 2023
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023